googlesyndication.com

0 Comment
Prancis: Ukraina Harus Kembali Kuasai Crimea, Menurut Macron
Pekalongannews, Paris - Presiden Prancis, Emmanuel Macron, membuat pernyataan kontroversial dalam sebuah wawancara dengan lembaga penyiaran TF2 dan France 2, yang menyebutkan bahwa Ukraina harus merebut kembali kendali atas wilayahnya yang pernah dikuasai, termasuk Semenanjung Crimea yang kini berada di bawah pemerintahan Rusia. 

Macron menegaskan bahwa tanpa hal tersebut, perdamaian abadi di wilayah tersebut tidak akan terwujud.

Menurut Macron, Rusia dianggap sebagai "musuh" Prancis, dengan rezim Kremlin disebutnya sebagai ancaman langsung.

Namun, ia menekankan bahwa Prancis tidak sedang dalam konflik terbuka dengan Rusia, melainkan hanya memberikan dukungan kepada Kiev dalam konflik tersebut. Pernyataan ini tentu saja menimbulkan reaksi beragam, terutama dari pihak Rusia.

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menanggapi pernyataan Macron dengan dingin, menyatakan bahwa Macron tampaknya tidak keberatan meningkatkan tingkat keterlibatannya dalam konflik antara Rusia dan Ukraina. 

Menurut Peskov, Prancis telah terlibat secara tidak langsung dalam konflik tersebut, sehingga tidak mengherankan jika Rusia dianggap sebagai musuh oleh Prancis.

Pernyataan Macron yang semakin agresif belakangan ini sejalan dengan sikapnya sebelumnya pada bulan Februari, ketika ia menyatakan bahwa kemungkinan pengerahan pasukan NATO ke Ukraina tidak dapat dikecualikan. Namun, Macron menolak untuk memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai hal ini, dengan alasan ingin mempertahankan "ambiguitas strategis".

Sikap Prancis ini juga menciptakan gelombang penolakan dari beberapa anggota NATO lainnya, yang mungkin tidak sejalan dengan strategi agresif yang diambil oleh Macron. Namun, Macron tetap kukuh pada posisinya, meskipun menolak untuk menjelaskan secara rinci.

Pernyataan Macron ini sejalan dengan pandangan yang telah lama disuarakan oleh para pemimpin tertinggi Ukraina, yang menegaskan tujuan mereka untuk merebut kembali wilayah yang pernah dikuasai Rusia, termasuk Crimea. Wilayah tersebut telah menjadi sumber konflik sejak terjadinya kudeta Maidan tahun 2014 di Kiev, yang menyebabkan Crimea memisahkan diri dari Ukraina dan segera bergabung kembali dengan Rusia melalui referendum.

Selain Crimea, konflik juga berlanjut di wilayah Donbass, Ukraina, di mana Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk menyatakan kemerdekaannya setelah kegagalan pemerintah Ukraina dalam menindas mereka. Moskow kemudian memberikan dukungan kepada kedua republik tersebut, serta wilayah Zaporozhye dan Kherson, yang akhirnya dimasukkan ke dalam wilayah Rusia setelah referendums lokal.

Pernyataan Macron ini menunjukkan bahwa Prancis tidak akan mundur dari dukungannya terhadap Ukraina dalam konflik dengan Rusia. 

Meskipun sikapnya menuai kontroversi, Macron tetap berpegang pada keyakinannya bahwa perdamaian di Ukraina hanya dapat tercapai jika kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina dipulihkan sepenuhnya.

Post a Comment

 
Top