Pekalongannews, Tawangmangu - Grojogan Sewu, ikon wisata air terjun di Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah, kini menghadapi ironi.
Lokasi yang dulu selalu penuh sesak oleh wisatawan dari berbagai daerah itu kini berubah drastis: sepi, sunyi, bahkan disebut bak “kuburan”. Fenomena ini memicu pertanyaan besar, apa yang sebenarnya terjadi?
Penurunan jumlah pengunjung bukan tanpa alasan. Keluhan pertama datang dari soal harga tiket. Tarif masuk Grojogan Sewu kini mencapai sekitar Rp 29.500, jauh lebih tinggi dibandingkan destinasi serupa di Karanganyar seperti Air Terjun Jumok yang hanya mematok Rp 15.000 per orang.
Penurunan jumlah pengunjung bukan tanpa alasan. Keluhan pertama datang dari soal harga tiket. Tarif masuk Grojogan Sewu kini mencapai sekitar Rp 29.500, jauh lebih tinggi dibandingkan destinasi serupa di Karanganyar seperti Air Terjun Jumok yang hanya mematok Rp 15.000 per orang.
Bagi masyarakat lokal dengan UMR sekitar Rp 2 jutaan, kenaikan ini jelas terasa berat. Kondisi ini membuat wisatawan memilih alternatif lain yang lebih ramah kantong.
Tak berhenti sampai di situ. Masalah pungutan liar ikut memperburuk citra wisata legendaris ini. Di kawasan Grojogan Sewu, tarif parkir liar disebut bisa tembus Rp 50.000 hingga Rp 100.000.
Tak berhenti sampai di situ. Masalah pungutan liar ikut memperburuk citra wisata legendaris ini. Di kawasan Grojogan Sewu, tarif parkir liar disebut bisa tembus Rp 50.000 hingga Rp 100.000.
Belum lagi harga makanan dan minuman yang dianggap tidak masuk akal. Banyak wisatawan mengaku kapok setelah merasa “dipalak” saat berwisata. Bukannya mendapatkan ketenangan, pengunjung justru pulang dengan rasa kesal.
Di sisi lain, sejumlah destinasi wisata buatan di kawasan Tawangmangu justru berkembang pesat. The Lawu Park dan Tawangmangu Wonder Park menawarkan fasilitas lebih modern, akses mudah, serta tarif yang lebih murah—mulai dari Rp 20.000 hingga Rp 25.000.
Di sisi lain, sejumlah destinasi wisata buatan di kawasan Tawangmangu justru berkembang pesat. The Lawu Park dan Tawangmangu Wonder Park menawarkan fasilitas lebih modern, akses mudah, serta tarif yang lebih murah—mulai dari Rp 20.000 hingga Rp 25.000.
Makin Tahu Aja Kondisi ini membuat Grojogan Sewu kehilangan daya saing, terutama bagi wisatawan keluarga dan lansia yang membutuhkan akses lebih ramah.
Masalah aksesibilitas turut menjadi sorotan. Tangga menuju air terjun dinilai licin, terjal, dan berbahaya, terutama saat musim hujan. Beberapa insiden wisatawan terpeleset bahkan meninggal membuat masyarakat semakin khawatir untuk datang kembali.
Data BPS menunjukkan jumlah pengunjung Grojogan Sewu terus menurun. Jika dulu bisa mencapai 300 ribu per tahun, kini jumlahnya hanya sekitar 236 ribu. Artinya, potensi ekonomi yang semula mencapai Rp 30 miliar per tahun kini menyusut hingga miliaran rupiah.
Masalah aksesibilitas turut menjadi sorotan. Tangga menuju air terjun dinilai licin, terjal, dan berbahaya, terutama saat musim hujan. Beberapa insiden wisatawan terpeleset bahkan meninggal membuat masyarakat semakin khawatir untuk datang kembali.
Data BPS menunjukkan jumlah pengunjung Grojogan Sewu terus menurun. Jika dulu bisa mencapai 300 ribu per tahun, kini jumlahnya hanya sekitar 236 ribu. Artinya, potensi ekonomi yang semula mencapai Rp 30 miliar per tahun kini menyusut hingga miliaran rupiah.
Kerugian ini dirasakan langsung oleh UMKM, pedagang, hingga masyarakat sekitar yang menggantungkan nafkah dari pariwisata.
Padahal, potensi wisata alam seperti Grojogan Sewu sangat besar jika dikelola profesional. Contohnya Niagara Falls di Kanada yang gratis tetapi mampu menghasilkan triliunan rupiah melalui ekosistem pariwisatanya.
Padahal, potensi wisata alam seperti Grojogan Sewu sangat besar jika dikelola profesional. Contohnya Niagara Falls di Kanada yang gratis tetapi mampu menghasilkan triliunan rupiah melalui ekosistem pariwisatanya.
Sayangnya, manajemen yang buruk, pungli, dan tidak adanya pembenahan infrastruktur membuat Grojogan Sewu semakin tertinggal.
Kini, sorotan publik tertuju pada pemerintah daerah: mampukah Grojogan Sewu diselamatkan? Atau destinasi bersejarah ini akan terus sepi dan perlahan lenyap dari peta wisata unggulan Jawa Tengah?
Kini, sorotan publik tertuju pada pemerintah daerah: mampukah Grojogan Sewu diselamatkan? Atau destinasi bersejarah ini akan terus sepi dan perlahan lenyap dari peta wisata unggulan Jawa Tengah?



No comments:
Post a Comment