googlesyndication.com

0 Comment

Pekalongan News
Menurut Departemen Kesehatan (DepKes) tahun 2007, potensi penyakit kurang darah atau anemia pada remaja putri lebih tinggi daripada remaja putra.
Kenapa Anemia Menyerang Remaja Putri?
Usia remaja dapat dikatakan usia dimana mengalami segala perubahan seperti fisiologis dan psikologis. Khususnya remaja putri yang lebih mengutamakan penampilan tubuh karena ingin terlihat langsing. Untuk itu, banyak remaja yang melakukan diet ketat. Namun apabila tidak sesuai dengan petunjuk medis akan beresiko pada kesehatan, sehingga tubuh kekurangan zat gizi penting seperti protein. Protein sendiri banyak mengandung zat besi yang terdapat pada makanan hewani seperti unggas, daging, ikan. Biasanya remaja jaman sekarang memiliki pola makan yang kurang baik seperti sering konsumsi junk food, fast food, serta makanan atau minuman instan lainnya. Remaja saat ini kurang memperhatikan asupan makannya, mungkin ini dikarenakan mereka malas mencari makan yang gizinya lengkap. 

Biasanya para remaja ketika jam makan siang dan mereka masih di sekolah, mereka hanya memakan makanan ringan atau jajan yang hanya mengandung tinggi kalori dan lemak saja. Belum lagi mereka yang tidak sarapan. Padahal dalam hal ini remaja masih mengalami proses pertumbuhan dimana tubuh membutuhkan gizi cukup, sehingga harus memerhatikan makanan yang dimakan agar gizinya terpenuhi. Jika tidak terpenuhi, status gizi remaja akan menurun.

Apa sih status gizi itu? Status gizi adalah kondisi atau keadaan tubuh akibat dari apa yang kita makan. Kondisi ini akan menurun apabila makanan yang kita makan atau kita konsumsi tidak seimbang. Kata seimbang ini berarti bahwa jenis makanan yang kita makan harus bervariasi kandungannya mulai dari karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur dan buah. Sehingga semua zat gizi akan terpenuhi dalam tubuh kita. Status gizi ini dapat ditentukan melalui pemeriksaan laboratorium (seperti pemeriksaan darah, air kencing, air liur) maupun pemeriksaan secara fisik (seperti berat badan, tinggi badan). Apabila status gizi rendah akan berdampak pada kesehatan, salah satu dampaknya adalah kurang darah atau sering disebut anemia. 

Penyakit kurang darah ini merupakan keadaan dimana tubuh merasa lemas, wajah dan bibir pucat, sistem kekebalan tubuh menurun, sering pingsan, dan sering mengantuk. Pada remaja, anemia menyebabkan kebugaran jasmani dan konsentrasi belajar menurun. Serta kurangnya konsumsi makanan hewani memiliki potensi anemia. Beck (2011) mengatakan bahwa anemia gizi merupakan masalah utama pada Indonesia. Data Riskesdas 2013 menjelaskan bahwa sebanyak 21,7% penduduk Indonesia dengan jumlah terbanyak perempuan menderita anemia gizi.

Menurut Departemen Kesehatan (DepKes) tahun 2007, potensi penyakit kurang darah atau anemia pada remaja putri lebih tinggi daripada remaja putra. Disebabkan karena adanya siklus menstruasi haid) setiap bulannya, otomatis mengeluarkan banyak darah. Dampak dari anemia pada remaja akan menurunkan tingkat produktivitas kerja maupun akademis di sekolah karena konsentrasi dan gairah belajar yang menurun. Anemia juga berpengaruh pada pertumbuhan tinggi badan dan berat badan menjadi tidak sempurna. Selain itu, akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terserang penyakit. 

Anemia remaja putri dalam jangka panjang akan berdampak pada saat mereka hamil, sehingga tidak mampu dalam pemenuhan zat-zat gizi bagi dirinya dan juga janin yang dikandungannya. Selain itu, pada masa kehamilan anemia dapat meningkatkan komplikasi, resiko kematian, janin yang premature, dan berat bayi lahir yang rendah. 

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Chaturvedi dan kawan-kawan yang dilakukan di India pada tahun 2017, menyimpulkan bahwa perempuan dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) normal memiliki prevalensi anemia lebih tinggi yaitu 91,7%. Jadi anemia tidak bisa dilihat dari segi IMT nya saja. IMT adalah sebuah kategori yang menunjukkan apakah berat badan seseorang sudah proporsional atau belum. Apabila seorang remaja memiliki berat badan kurang atau lebih, jangan disimpulkan dia menderita anemia. Begitu juga sebaliknya. 

Lalu Bagaimana Cara Menanggulangi?
Hal yang dilakukan untuk mencegah atau menanggulangi anemia pada remaja khususnya remaja putri yang pertama yaitu konseling. Konseling disini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan tentang apa itu anemia, penyebab anemia serta dampaknya bagi kesehatan. Apabila remaja dibekali pengetahuan tersebut, mereka akan memahami sehingga dampak kejadian anemia khususnya remaja putri akan berkurang. Selain itu, diberikan informasi pula agar dapat memilih bahan makanan dengan kandungan zat besi yang cukup. Dengan metode ini, akan berdampak pada pola makan remaja yang lebih baik. Kemudian yang kedua meningkatkan asupan atau konsumsi zat besi itu sendiri yang banyak terdapat pada sumber hewani yaitu ungas, daging, ikan. Ketiga adalah mengonsumsi suplementasi zat besi. Pemberian suplementasi ini dapat dilakukan apabila remaja tersebut memiliki pantangan atau alergi terhadap sumber hewani, sehingga tidak dapat mengonsumsinya.

Penulis : Kuhapsari Yuliarti Pasalina. 
Mahasiswa Ilmu Gizi, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Post a Comment

 
Top