googlesyndication.com

4 Comment
Kalau Semalaman Turun Hujan, Satu Keluarga Ini Tidur Sambil Berdiri
Rumah Casumi Yang dihunu oleh 7 nyawa di Dukuh Nggandul Lor, Desa Tengeng Wetan, Kabupaten Pekalongan
Kabupaten Pekalongan
Cerita kemiskinan di negeri ini tak akan habis untuk dikupas, selalu ada cerita baru yang akan melengkapi dan melahirkan sebuah ironi yang akan terus menerus bermunculan.

Potret ironi tersebut ditemukan di Kabupaten Pekalongan, Adalah Casumi (33 th) warga RT 01 Rw 05, Dukuh Nggandu Lor Desa Tengeng Wetan, Kecamatan Siwalan, Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah. Bersama dengan Ayah, adik dan ketiga anaknya, Casumi hidup berkutat dengan kemiskinan yang amat kronis.

Rumah peninggalan orang tua, puluhan tahun tak pernah tersentuh perbaikan. Kondisi rumah sangat memprihatinkan, Kalau Semalaman Turun Hujan, Satu Keluarga Ini Tidur Sambil Berdiri Atapnya terbuat dari anyaman daun kelapa yang sudah tidak utuh, banyak lobang disana sini. Dindingnya dari anyaman bambu yang sudah lapuk, rumah rayap menjadi hiasanya. Banyak Lobang menganga dari dinding Bambu yang sudah tak pernah terjamah oleh tangan manusia. Lantai tanah yang tak rata menjadi tumpuan tiang-tiang keropos bekas koloni rayap dan aura pengap yang terurai dari pekatnya sarang laba-laba menjadi saksi bisu perjalanan hidup penghuninya selama puluhan tahun.
Kalau Semalaman Turun Hujan, Satu Keluarga Ini Tidur Sambil Berdiri
Keadaan dapur yang merangkap ruang keluarga Casumi

"Kalau hujan semalaman, bisa dipastikan kami sekeluarga tak akan bisa tidur. Selain bocor di sana sini, tumpahan air dari luar yang menerobos melalui banyaknya lobang di dinding membuat kami sekeluarga tersiksa, Kalau Semalaman Turun Hujan, Satu Keluarga Ini Tidur Sambil Berdiri tak ada tempat yang kering di dalam rumah. Biasanya kami menggunakan payung dan saling merapatkan diri untuk terhindar dari basah," beber Casumi, Selasa siang (12/4/16).
Rumah ukuran 7x6 meter persegi tak dilengkapi sumur, kamar mandi dan wc. Tak nampak perabotan di dalam rumah, hanya ada dua dipan yang tersedia. Satu di ruang belakang menyatu dengan dapur dan satu lagi di ruang tamu yang lebih banyak difungsikan sebagai tempat rebahan di kala penat.
"Yang kasihan dua anak balita saya, harus terpapar dingin setiap malam, angin masuk melalui kisi-kisi dan lobang dinding," tuturnya.
Dijelaskan Casumi, dirinya mempunyai 3 anak, yang pertama Yulianti (10 th), yang kedua Iqbal Maulana Saputra (3 th) dan yang ke tiga Lestari (10 bulan).
"Suami saya Kaenan (35 th), buruh di Jakarta, sedangkan ayah saya Warso (68 th) kerja serabutan. Kadang cari kayu, kadang ikut orang gergaji kayu," ungkap Casumi.
Kami sekeluara, lanjut Casumi, jarang berkumpul sama suami. Tapi suami masih kirim uang ke rumah. Besarnya tak tentu. Terkadang Rp 400 ribu, terkadang Rp 300 ribu. Itupun sebulan sekali. Meski tidak cukup tapi kami cukup-cukupkan.
Kalau Semalaman Turun Hujan, Satu Keluarga Ini Tidur Sambil Berdiri
Aktivitas sehari-hari Casumi, memasak dan merawat anak-anaknya

"Beruntung di rumah ada bapak dan adik yang hidup bersama dalam satu atap, jadi sedikit-sedikit bisa membantu," terangnya.
Dituturkan Casumi, sampai hari ini keluarganya belum pernah sama sekali mendapatkan bantuan dari pemerintah, termasuk beras untuk rakyat miskin.
"Untuk raskin, saya hanya dapat 2 kilo. Itupun dengan cara ngemis-ngemis supaya bisa diberi. Sebab kalau tidak demikian tidak akan dapat beras," keluhnya.
Pun begitu dengan bantuan langsung tunai (BLT), Jamkesmas atau apapun itu saya gak pernah sekalipun dapat.
"Begitupun dengan bedah rumah, dari sejak ada program bedah rumah dari dulu hingga sekarang, kami tidak pernah dapat. Mengapa begitu kami tidak tahu." aku Casumi.
Apa yang dikatakan kakaknya dibenarkan oleh Karyani (30 th) adik Casumi yang tinggal satu rumah. Keadaan rumah dan kemiskinan yang mendera sudah terjadi sejak dirinya masih kecil. Dan bantuan dari Desa, pemerintah daerah dan pusat, sama sekali tak pernah diterima.
"Nelangsa mas kalau lihat rumah dan keadaan yang dialami seperti ini terus. Sebenarnya saya ingin perbaiki, tapi uang yang didapat selalu habis buat makan sehari-hari. Yang berat kalau pas hujan semalaman. Pasti kami sekeluarga begadang, karena gak bisa tidur. Air masuk semua," kata Karyani yang baru pulang dari pekerjaanya sebagai buruh serabutan di sawah. 
Sementara itu, salah seorang tetangga Casumi, Edi Sutoyo (42 th) mengakui, bahwa keluarga Warso atau Casumi belum pernah mendapat bantuan.
"Yang saya tahu memang belum pernah dapat mas, Untuk bantuan bedah rumah di Desa kelihatanya ada, akan tetapi keluarga Warso atau Casumi dapat atau tidak saya kurang tahu karena belum pernah sekalipun ada tim survai yang datang ke sini," ujarnya.
Menurut Edi, Tetangga di sini hanya bisa bantu semampunya. Misalkan makanan, jajan dan sedikit uang, selebihnya untuk hal yang lain kami tidak tahu cara membantunya.
"Beruntung kalau mas yang di sini bisa membantu keluarga Warso dan anak cucunya melalui pemberitaan, supaya bisa lekas terbantu," harap Edi mengakhiri.

Post a Comment

 
Top