-->

Mengungkap Industri Buzzer Indonesia: Bisnis Miliaran di Balik Manipulasi Opini Publik

Pekalongan News
Tuesday, June 10, 2025, June 10, 2025 WIB Last Updated 2025-06-09T18:25:04Z

 

Mengungkap Industri Buzzer Indonesia: Bisnis Miliaran di Balik Manipulasi Opini Publik
gambar Ilustrasi menggunakan AI
PekalongannewsDunia maya Indonesia dipenuhi dengan manipulasi opini yang terstruktur dan bernilai miliaran rupiah. Selama ini, publik mengenal buzzer sebagai individu yang bertugas membuat sebuah isu menjadi viral di media sosial,Kerja memviralkan isu hanya merupakan 30 persen dari total pekerjaan buzzer, Sisanya adalah proses yang sangat kompleks dan rumit.

Sebelum meluncurkan sebuah narasi, para buzzer melakukan riset mendalam. Mereka memetakan tren media sosial, mengidentifikasi apakah sebuah isu organik atau buatan, serta mengetahui siapa dalang di balik isu tersebut.

Untuk isu-isu sensitif, buzzer menggunakan sistem perantara yang rumit. Klien tidak langsung berhubungan dengan buzzer, melainkan melalui middleman yang memiliki akses ke berbagai tim buzzer.

Rentang penghasilan buzzer sangat beragam. Ada yang hanya mendapat Rp 5.000 per tugas, tetapi ada pula koordinator yang meraup miliaran rupiah. 

Sistem pembayaran menggunakan struktur sel yang ketat. Buzzer level bawah tidak pernah tahu berapa sebenarnya nilai proyek dan siapa klien sesungguhnya. Informasi dibatasi ketat untuk melindungi identitas klien.

Selain memanfaatkan manusia, buzzer juga menggunakan teknologi canggih. Ada platform online yang memungkinkan siapa saja menambah follower atau komentar dengan deposit minimal Rp 20.000-100.000.

Yang lebih canggih adalah phone farming sebuah hardware berbentuk box berisi 20 handphone yang terhubung ke PC. Software khusus mengontrol semua ponsel untuk melakukan tugas buzzer seperti memberikan like, komentar, atau meramaikan ulasan.

Industri buzzer tidak melulu soal politik. Ada segmen "buzzer halus" yang melibatkan ibu-ibu rumah tangga untuk mempromosikan produk kecantikan, makanan, atau menghadiri acara sebagai "buzzer visit."

Temuan ini menyadarkan betapa sulitnya membedakan informasi asli dari manipulasi di media sosial. Buzzer tidak akan berhasil jika hanya beredar di kalangan mereka sendiri. Keberhasilan diukur dari seberapa banyak orang awam yang tertarik membahas dan berkontribusi pada isu yang mereka mainkan.

Masyarakat perlu lebih jeli, banyak membaca, dan berdiskusi untuk memahami mana informasi yang benar-benar bermakna dan mana yang hasil rekayasa. Di era informasi berlimpah ini, kemampuan literasi digital menjadi kunci untuk tidak terjebak dalam manipulasi opini.
Komentar

Tampilkan

No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *

TERKINI