KAJEN, Pekalongannews - Lapangan belakang Kantor Setda Kabupaten Pekalongan pagi itu tampak semarak dengan ratusan peserta upacara dari berbagai unsur.
Di bawah matahari yang mulai menyengat, Pj Sekretaris Daerah Pekalongan, Edy Herijanto, berdiri tegak sebagai inspektur upacara menggantikan Bupati.
Para pejabat, anggota Forkopimda, ASN, TNI, Polri, pelajar, dan masyarakat hadir memberi penghormatan kepada dasar negara, Pancasila.
Namun di balik khidmatnya seremoni, pertanyaan besar menggelayut: apakah semangat Pancasila benar-benar kita hayati dalam kehidupan sehari-hari?
Dalam sambutan tertulis Kepala BPIP Yudian Wahyudi yang dibacakan Pj Sekda, ditegaskan bahwa Pancasila adalah rumah besar kebinekaan Indonesia.
Yudian dalam teksnya menyebut, “Pancasila mempersatukan lebih dari 270 juta jiwa dari latar belakang berbeda.”
Kalimat itu terdengar indah, namun benarkah kita sudah mempraktikkannya secara adil dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan kebijakan?
“Setiap sila memuat prinsip dasar untuk membangun bangsa dengan semangat gotong royong, keadilan sosial, dan penghormatan terhadap martabat manusia,” ucap Edy membacakan sambutan.
Ironisnya, nilai-nilai itu justru sering tenggelam oleh polarisasi politik, ujaran kebencian di media sosial, dan lemahnya pemerataan kesejahteraan.
Slogan gotong-royong seolah hanya hidup di baliho dan pidato resmi, bukan di kehidupan masyarakat yang makin individualistik.
Edy Herijanto dalam wawancaranya mengingatkan, “Kita harus bijak menyikapi informasi, terutama yang bersifat hoaks.”
Ini penting, sebab di era digital, Pancasila diuji lewat ketahanan mental masyarakat dalam menyaring informasi.
Bukan hanya berita palsu, tapi juga disinformasi yang memecah belah dan mengikis semangat persatuan.
“Anak muda harus diberi pemahaman baik tentang penggunaan media,” katanya, menyoroti pentingnya literasi digital sejak dini.
Dengan bonus demografi, arah pembinaan generasi muda menjadi krusial, apakah kita masih percaya nilai Pancasila atau sekadar mewariskan simbol tanpa makna?
“Jadikan Hari Lahir Pancasila bukan sekadar seremonial, tetapi momentum memperkuat komitmen terhadap nilai luhur bangsa,” ujar Edy menutup pidatonya.
No comments:
Post a Comment