Pekalongannews, Jakarta - Elektabilitas calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka semakin kokoh di puncak survei dengan angka persentase mencapai 45,8 Persen dan mengungguli 2 pasangan capres-cawapres lainnya.
Pasangan Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar dengan 22,8 persen serta Ganjar Pranowo - Mahfud MD yang memperoleh suara sebanyak 25,6 persen. Adapun responden yang belum memutuskan sebanyak 5,8 persen.
Hal itu terungkap dalam hasil survei teranyar yang dirilis oleh lembaga survei Indikator Politik Indonesia bertajuk “Dinamika Elektoral di Awal Masa Kampanye” untuk periode 23 November 2023 hingga 1 Desember 2023.
Peneliti Indikator Politik Indonesia, Bawono Kumoro mengatakan, temuan survei nasional Desember dari Indikator Politik Indonesia menunjukkan kehadiran Walikota Solo, Gibran sebagai cawapres dari Prabowo Subianto telah berdampak besar, terkhusus kepada pemilih Presiden Joko Widodo alias Jokowi di Pilpres 2019 yang beralih mendukung Prabowo ketimbang Ganjar Pranowo.
“Kehadiran Gibran ini semakin memperbesar jumlah pemilih Joko Widodo di pemilu tahun 2019 mengaku akan menjatuhkan pilihan kepada Prabowo Subianto di pemilu 2024 mendatang,” kata Bawono saat dihubungi, Senin (11/12).
Dikatakan Bawono, berpindahnya pemilih Jokowi ke Prabowo ini terus terjadi sejak 28 Oktober hingga 1 November 2023.
Menurut data survei Indikator, Bawono mencatat di awal bulan Oktober pemilih Jokowi yang berpindah ke Prabowo sebesar 39,5 persen, dan setelah gabungnya Gibran sebagai cawapres Prabowo terjadi migrasi besar-besaran pemilih Jokowi ke Prabowo-Gibran, yakni mencapai 53,6 persen di data survei terakhir ini.
“Ini menunjukkan memang Jokowi effect berkerja dalam pemilihan presiden kali ini melalui keberadaan Gibran sebagai running mate dari Prabowo Subianto,” ucapnya.
“Data tren survei ini menunjukkan pemilih Presiden Joko Widodo di Pemilu lalu sudah semakin beralih kepada Prabowo Subianto, tidak lagi Ganjar Pranowo,” tambahnya.
Dijelaskan Bawono, pemilih Jokowi pada Pilpres 2019 lalu tidak hanya dari PDI Perjuangan yang menjadi partainya Presiden Jokowi, tetapi suara terbanyak datang dari luar PDI Perjuangan. Artinya, suara Jokowi lebih tinggi dari suara PDI Perjuangan di Pemilu 2019 kemarin.
“Jangan lupa juga pemilih Jokowi di Pemilu 2019 tidak cuma berasal dari pemilih PDI Perjuangan tapi juga berasal dari luar PDI Perjuangan. Raihan suara PDI Perjuangan di Pemilu 2019 sebesar 19.33 persen. Sedangkan raihan suara Joko Widodo di pemilu 2019 mencapai 55.50 persen atau dua kali lipat pemilih PDI Perjuangan,” jelasnya.
Dengan berpindahnya suara Jokowi ke Prabowo Subianto ini, Bawono menilai Ganjar Pranowo kebingungan dalam mengambil langkah politiknya, apakah harus tetap memuji kinerja Presiden Jokowi atau mengkritiknya.
Pasalnya, slogan keberlanjutan pembangunan lebih melekat kuat pada pasangan nomor urut 2.
“Ganjar Pranowo tengah dalam posisi kebingungan apakah harus memuji kepemimpinan Presiden Jokowi atau mengkritik kepemimpinan Presiden Jokowi,” ungkapnya.
“Bagi para pemilih memiliki sikap memuji atau mengapresiasi maka mereka lebih cenderung memiliki preferensi pilihan politik terhadap Prabowo - Gibran. Bagi para pemilih memiliki sikap mengkritik maka mereka lebih cenderung memiliki preferensi pilihan politik terhadap Anies - Muhaimin,” pungkasnya.
Diketahui, Survei dilakukan pada 23 November hingga 1 Desember 2023 terhadap 5.380 responden. Survei dilakukan melalui survei tatap muka.
Pemilihan sampel dilakukan melalui metode simple random sampling. Margin of error ±2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Pasangan Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar dengan 22,8 persen serta Ganjar Pranowo - Mahfud MD yang memperoleh suara sebanyak 25,6 persen. Adapun responden yang belum memutuskan sebanyak 5,8 persen.
Hal itu terungkap dalam hasil survei teranyar yang dirilis oleh lembaga survei Indikator Politik Indonesia bertajuk “Dinamika Elektoral di Awal Masa Kampanye” untuk periode 23 November 2023 hingga 1 Desember 2023.
Peneliti Indikator Politik Indonesia, Bawono Kumoro mengatakan, temuan survei nasional Desember dari Indikator Politik Indonesia menunjukkan kehadiran Walikota Solo, Gibran sebagai cawapres dari Prabowo Subianto telah berdampak besar, terkhusus kepada pemilih Presiden Joko Widodo alias Jokowi di Pilpres 2019 yang beralih mendukung Prabowo ketimbang Ganjar Pranowo.
“Kehadiran Gibran ini semakin memperbesar jumlah pemilih Joko Widodo di pemilu tahun 2019 mengaku akan menjatuhkan pilihan kepada Prabowo Subianto di pemilu 2024 mendatang,” kata Bawono saat dihubungi, Senin (11/12).
Dikatakan Bawono, berpindahnya pemilih Jokowi ke Prabowo ini terus terjadi sejak 28 Oktober hingga 1 November 2023.
Menurut data survei Indikator, Bawono mencatat di awal bulan Oktober pemilih Jokowi yang berpindah ke Prabowo sebesar 39,5 persen, dan setelah gabungnya Gibran sebagai cawapres Prabowo terjadi migrasi besar-besaran pemilih Jokowi ke Prabowo-Gibran, yakni mencapai 53,6 persen di data survei terakhir ini.
“Ini menunjukkan memang Jokowi effect berkerja dalam pemilihan presiden kali ini melalui keberadaan Gibran sebagai running mate dari Prabowo Subianto,” ucapnya.
“Data tren survei ini menunjukkan pemilih Presiden Joko Widodo di Pemilu lalu sudah semakin beralih kepada Prabowo Subianto, tidak lagi Ganjar Pranowo,” tambahnya.
Dijelaskan Bawono, pemilih Jokowi pada Pilpres 2019 lalu tidak hanya dari PDI Perjuangan yang menjadi partainya Presiden Jokowi, tetapi suara terbanyak datang dari luar PDI Perjuangan. Artinya, suara Jokowi lebih tinggi dari suara PDI Perjuangan di Pemilu 2019 kemarin.
“Jangan lupa juga pemilih Jokowi di Pemilu 2019 tidak cuma berasal dari pemilih PDI Perjuangan tapi juga berasal dari luar PDI Perjuangan. Raihan suara PDI Perjuangan di Pemilu 2019 sebesar 19.33 persen. Sedangkan raihan suara Joko Widodo di pemilu 2019 mencapai 55.50 persen atau dua kali lipat pemilih PDI Perjuangan,” jelasnya.
Dengan berpindahnya suara Jokowi ke Prabowo Subianto ini, Bawono menilai Ganjar Pranowo kebingungan dalam mengambil langkah politiknya, apakah harus tetap memuji kinerja Presiden Jokowi atau mengkritiknya.
Pasalnya, slogan keberlanjutan pembangunan lebih melekat kuat pada pasangan nomor urut 2.
“Ganjar Pranowo tengah dalam posisi kebingungan apakah harus memuji kepemimpinan Presiden Jokowi atau mengkritik kepemimpinan Presiden Jokowi,” ungkapnya.
“Bagi para pemilih memiliki sikap memuji atau mengapresiasi maka mereka lebih cenderung memiliki preferensi pilihan politik terhadap Prabowo - Gibran. Bagi para pemilih memiliki sikap mengkritik maka mereka lebih cenderung memiliki preferensi pilihan politik terhadap Anies - Muhaimin,” pungkasnya.
Diketahui, Survei dilakukan pada 23 November hingga 1 Desember 2023 terhadap 5.380 responden. Survei dilakukan melalui survei tatap muka.
Pemilihan sampel dilakukan melalui metode simple random sampling. Margin of error ±2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Post a Comment