Pekalongannews, Jakarta - Calon Presiden (Capres) Nomor Urut 2, Prabowo Subianto, diakui sebagai sosok yang menolak terlibat dalam politik pencitraan. Pernyataan tersebut muncul seiring dengan perhatian yang diberikan Prabowo terhadap kerja nyata selama menjabat sebagai Menteri Pertahanan.
"Dalam perbandingan dengan kedua lawannya, menurut saya, Prabowo juga dianggap anti politik pencitraan," ujar Jerry Massie, Direktur Political and Public Policy Studies (P3S), dalam keterangannya pada Jumat (17/11/2023).
Dalam kepemimpinannya di Kementerian Pertahanan, Prabowo berhasil menunjukkan kinerja yang mencengangkan. Upayanya memodernisasi alutsista mengantarkan Indonesia meraih peringkat ke-13 dunia dalam kekuatan militer.
Keberhasilan tersebut tidak lepas dari langkah Prabowo dalam memodernisasi peralatan militer, termasuk mengimpor 24 Jet Tempur F-15EX dari The Boeing Company Amerika Serikat. Selain itu, Prabowo juga berhasil mengakuisisi 24 Helikopter tempur, seperti Helikopter Sikorsky S-70M Black Hawk tipe GFA.
Prestasinya tidak hanya terbatas pada pemodernan alutsista, tetapi Prabowo juga aktif memperkuat industri pertahanan dalam negeri melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT PINDAD. Pindad berhasil diperkuat oleh Prabowo, mencapai produksi kendaraan taktis Maung.
Tingginya elektabilitas Prabowo tidaklah mengherankan mengingat kinerja luar biasa yang telah ditunjukkannya. Menurut survei Populi Center pada periode 25 Oktober-5 November, elektabilitas Prabowo-Gibran mencapai 43,1 persen, unggul dari pasangan koalisi PDI Perjuangan (PDIP) Ganjar Pranowo–Mahfud MD dengan 23 persen. Pasangan Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan–Muhaimin Iskandar mendapatkan 22,3 persen.
Survei Poltracking Indonesia pada periode 28 Oktober-3 November juga mencatat elektabilitas Prabowo-Gibran sebesar 40,2 persen, mengalahkan Ganjar-Mahfud yang mencapai 31,6 persen, dan Anies-Muhaimin dengan 18,4 persen.
"Elektabilitas Prabowo kini menjadi yang tertinggi di antara yang lain," ungkap Jerry.
Post a Comment