googlesyndication.com

0 Comment
AKRAB - Anggota IIDI saat bercengkarama dengan penghuni RPSBM, selain bantu kebutuhan hidup juga ajak belajar cuci tangan.
warga korban sosial
Kota Pekalongan
Rumah Perlindungan Sosial Berbasis Masyarakat (RPSBM), yang didirikan sejak Juli 2009, merupakan panti sosial berbasis masyarakat. Dengan tujuan bisa membantu warga korban sosial. Sejak buka sampai kini tetap dihuni puluhan warga 'No Name' atau tanpa identitas.

Fadholi mewakili pengurus, ungkapkan tempatnya memang menampung Pengemis, Gelandangan Orang Terlantar (PGOT) serta penderita psikotik (stress).

."Disini shelter, dari anak jalanan, psikotik (gila), lansia dan orang terlantar alias no name," terang Fadholi saat ditemui di tempatnya Jalan Hos Cokroaminoto Kuripan Kidul Pekalongan.

"Biasanya mereka dibawa oleh masyarakat, keluarga yang tidak mampu merawat, atau dari razia satpol dan polisi. Semuanya akan kita tampung, yang masih memiliki keluarga akan kita kembalikan," lanjut dia.

Saat ini RPSBM menampung 71 penghuni, yang terdiri dari penderitaa psikotik 22 dibawa oleh keluarganya, lansia terlantar 10 dan gelandangan psikotikno name yang tidak jelas asal muasalnya ada  39 orang.

Untuk pembiayaan beberapaa tahun belakangan dapat bantuan dari APBD lewat Dinsos. Karena keluarga pasien juga tidak dipungut biaya sama seklai.

 "Dana bantuan yang diberikan disesuaikan dengan jumlah penghuni, terutama untuk makanan sehari-hari. Uang tunai yang didapat kami gunakan, untuk honor pegawai, kebersihan dan makanan penghuni," terang dia.

Lanjut Fadholi, sebenarnya masih banyak kebutuhan diluar anggaran yang tidak bisa diprediksi. Jadi mereka masih butuh dana dari luar. "Kadang kebutuhan lebih besar dari anggaran, sehingga butuh dana lain," terang Fadholi.

Pada kesempatan kemarin, RPSBM dikunjungi Ikatan Istri Dokter Indonesia (IIDI) Pekalongan. 

"Semoga bantuan ini bisa bermanfaat bagi kami," tandas Fadholi.

Mewakili anggotanya, Ketua IIDI Kota Pekalongan Titi Harsono, ungkapkan pihaknya sudah ke tiga kali ke RPSBM.

 "Bantuan kami ambilkan dari anggota, sesuai yang dibutuhkan," ucap dia, Sabtu (7/2/15).
"Yang buat kami terharu dan cukup bangga dengan tempat ini. Saya rasa tempat ini satu-satunya di Indonesia. Kami buktikan saat pertemuan anggota IIDI se Indonesia, di daerah lain tidak ada tempat ini," seru Titi.

Bahkan yang ditampung di tempat tersebut, tidak hanya dari sekitar kota Pekalongan saja. Namun hampir se karisidenan Pekalongan bahkan beberapa dari laur pulau. Sehingga begitu mulianya pengelola tempat tersebut.

 "Tempat ini juga komplek sekali, menampung semua oraang terpinggirkan, dari preman, gelandangan, sampai PSK," terangnya.

Dalam kesempataan kemarin, anggota IIDI membawa misi Medik sosial. Sesuai peran suami mereka sebagai dokter.

"Selain berikan bantuan berupa barang kebutuhan sehari-hari. Kami juga bawa dua orang dokter, dokter Evi dan drg Endang Warsito untuk memeriksa penghuni RPSBM," ucap dia.

Pada kesempatan tersebut, sebagian penghuni yang dalam keadaan tenang dan sadar juga diajak bercengkrama dengan rombongan IIDI. Selain itu juga diajari cuci tangan yang bersih. Agar bias hidup sehat, dimulai dari hal sederhana.

Post a Comment

 
Top