gelimbung biduk seirama angan menerawang menari di awang-awang.
Terkekeh nelayan di sela mabuknya...
Bukan bercawan-cawan anggur, kecuali realita nan menampik nalar.
Bukan berbutir-butir senyawa penenang, melainkan polah-tingkah nan menepis
kelayakan.
Kebersahajaan terkapar teronggok di kerasnya bebatuan,
menatap pamrih terembus angin kian berbangga di tengah sorai penggembira.
Kelaziman berbuah kernyit - cibiran,
kelicikan didewakan layaknya kelebihan kecerdasan.
Limbung - gontai tersamar bersama arak-arak kabut,
Terseok-seok langkah kian mendikte kerendah-dirian.
Akankah sedesir butiran debu yang beterbangan membisikkan,
bahwa jejak hampir tak bertapak…
Akankah ranting berikut dedaunan kering bertutur lirih di deraknya,
bahwa lintasan kaki nyaris tak menjamah…
~Arry Anand~
Post a Comment