Pekalongannews, Jepang - Proyek railgun Jepang memasuki fase baru yang bikin penasaran nih, Sobat! Pada 30 Juni 2025 railgun sudah dipasang di kapal uji khusus JS Asuka. Senjata futuristik ini ditempatkan di bagian buritan, tepatnya di dek penerbangan kapal.
Yang menarik, di samping railgun juga ada peralatan pendukung berupa generator yang ditempatkan dalam kontainer. Menurut media Jepang, pengujian dilakukan dari 9 Juni hingga 25 Juli 2025. Kapal uji sudah terlihat meninggalkan Yokosuka pada 9 Juni, tapi belum jelas apakah sudah ada uji tembak langsung atau belum.
ATLA (Acquisition, Technology & Logistics Agency) sebagai pelaksana program ini mengungkap spesifikasi yang bikin melongo. Railgun ini mampu melontarkan proyektil dengan kecepatan 2.230 meter per detik atau setara Mach 6,5 menggunakan energi 5 megajoule.
Sampai April 2025, kecepatan proyektil yang berhasil dicapai sudah menembus 2.000 meter per detik. Laras senjata ini maksimal bisa menembakkan 120 proyektil sebelum aus.
Kalau berhasil diwujudkan, railgun bakal jadi game changer dalam pertahanan kapal perang modern. Jepang berharap senjata ini bisa mencegat rudal anti-kapal, terutama rudal jelajah hipersonik yang sulit dicegat karena kecepatannya yang luar biasa tinggi.
Selain versi kapal, Jepang juga berencana bikin sistem railgun berbasis darat untuk menyerang unit artileri musuh yang jauh di belakang garis depan. Bahkan ada konsep railgun sebagai artileri pantai untuk menyerang kapal musuh di laut terbuka.
Meski canggih, railgun punya masalah serius yaitu laras yang cepat aus. Beda dengan meriam konvensional yang rusak karena tekanan bubuk mesiu, kerusakan railgun disebabkan panas dari arus tinggi dan gesekan ekstrim proyektil berkecepatan hipersonik.
Awalnya pakai tembaga untuk laras, tapi kemudian diubah jadi campuran logam dan bahan lain. Hasilnya, tidak ada kerusakan signifikan bahkan setelah 120 peluru ditembakkan - meski ini masih harus dibuktikan lebih lanjut.
Jepang kini fokus pada tiga aspek pengembangan: Penembakan terus menerus - Railgun harus bisa melepaskan proyektil secara berkelanjutan untuk mencegat rudal atau menyerang target
Sistem kendali tembakan - Perlu sistem khusus yang berbeda dari artileri konvensional untuk mengontrol peluncuran dan memastikan akurasi
Stabilitas proyektil - Proyektil hipersonik harus stabil agar tidak cepat melambat karena hambatan udara
Akhir 2024, ATLA menjalin kerja sama dengan Institute Saint-Louis (Jerman-Prancis). Di DSEI 2025, Jepang juga buka peluang kolaborasi dengan Amerika, meski AS sendiri sudah menghentikan program railgun mereka pada 2022 karena masalah teknis.
Jepang memperlihatkan konsep railgun yang lebih ramping di DSEI 2025, menunjukkan desain bisa berubah ke depannya. Fokus utama tampaknya pada versi angkatan laut, dengan rencana pemasangan di kapal destroyer Kelas Maya (27DDG) dan kapal destroyer baru 13DDX untuk misi pertahanan udara.
Jepang Lanjutkan Uji Coba Railgun di Kapal JS Asuka, Siap Hadapi Rudal Hipersonik!

Komentar
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment