-->

Dari Sarjana ke Tukang Jualan: Realita Pahit Dunia Kerja di Indonesia

Pekalongan News
Wednesday, July 09, 2025, July 09, 2025 WIB Last Updated 2025-07-09T15:12:38Z
Dari Sarjana ke Tukang Jualan: Realita Pahit Dunia Kerja di Indonesia
Pekalongannews - “Sudah ngelamar ke puluhan perusahaan, tapi nggak ada panggilan juga.” Kalimat itu bukan cuma curhatan satu dua orang—tapi jadi realitas banyak anak muda di Indonesia hari ini. Cari kerja sekarang kayak nyari jarum di tumpukan jerami. Susah, capek, dan sering kali bikin putus asa.

Masalahnya bukan sekadar banyak yang belum kerja, tapi juga banyak yang kehilangan kerja. Data dari Partai Buruh dan Koalisi Serikat Pekerja mencatat bahwa sampai April 2025, ada 80 perusahaan yang melakukan PHK massal, dan lebih dari 70 ribu buruh kena imbasnya.

Contohnya, PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) yang bangkrut dan harus merumahkan lebih dari 10 ribu karyawan. Industri media juga nggak ketinggalan, banyak karyawan yang dirumahkan karena ekonomi yang lesu.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia turun jadi 4,87%, terendah dalam dua tahun terakhir. Artinya? Dunia usaha juga lesu, dan rekrutmen makin jarang dilakukan. Sektor formal yang biasanya menyerap banyak tenaga kerja berpendidikan malah makin seret.

Akhirnya, banyak orang beralih ke sektor informal. Pedagang kaki lima, ojek online, pekerja rumah tangga, sampai pedagang asongan. Per Februari 2025, 59,4% atau 86 juta orang Indonesia kerja di sektor informal.

Ingat job fair ricuh di Cikarang beberapa waktu lalu? Pemerintah buka 2.500 lowongan, tapi pelamarnya 25 ribu orang! BPS pun mencatat, di 2024 jumlah pencari kerja tembus 90 juta, sedangkan lowongan yang ada cuma 630 ribu.

Saking ketatnya persaingan, satu posisi bisa diperebutkan 9 orang—itu data sebelum pandemi, sekarang? Bisa ribuan pelamar untuk satu posisi, kata ahli dari AS, Brian Krily.

Lelah cari kerja, eh begitu dapet, malah ketemu masalah baru: ijazah ditahan perusahaan. Seperti dialami Nur Kholis, mantan karyawan perusahaan F&B yang ijazahnya dijadikan jaminan. Padahal, praktik ini sudah dilarang sejak Mei 2025 oleh Kementerian Ketenagakerjaan.

Wamenaker bahkan menyebut praktik ini sebagai bentuk pemerasan dan bakal dikenakan pasal pidana kalau perusahaan masih nekat.

Per Februari 2025, jumlah pengangguran naik jadi 7,28 juta orang. Pemerintah sih bilang sudah ada program Joper, dan ada sekitar 300 Balai Latihan Kerja (BLK) buat ngasah skill pencari kerja. Tapi kenyataannya, lapangan kerja tetap sulit dicari.

Apalagi pengangguran justru banyak datang dari lulusan sarjana bahkan doktor. Angkanya naik 1,77% dalam setahun.

Wakil Presiden Gibran janji bakal buka 19 juta lapangan kerja. Tapi masyarakat udah capek dengan janji lima tahunan yang cuma jadi bahan kampanye. Yang dibutuhkan sekarang adalah bukti nyata, bukan sekadar bunyi.

Komentar

Tampilkan

No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *

TERKINI