Sejak pagi, warga nahdliyin sudah berdatangan, mencari tempat strategis untuk mendengarkan tausiyah dan melantunkan shalawat. Tak hanya masyarakat umum, beberapa tokoh penting juga terlihat hadir. Di antaranya Wakapolres Batang Kompol Hartono serta beberapa tokoh masyarakat lainnya.
Habib Firdaus dalam tausiyahnya mengingatkan umat Muslim untuk selalu bertakwa kepada Allah SWT dan meneladani Rasulullah Muhammad SAW.
"Fitnah akhir zaman sudah kita rasakan. Jika iman kita tidak kuat, akan mudah sekali terjerumus dalam kemaksiatan," ujarnya, Minggu (28/7/2024). Pesan ini menjadi pengingat bagi semua yang hadir tentang pentingnya menjaga keimanan di tengah berbagai cobaan zaman modern ini.
Ketua penyelenggara, Aghus Jamaludin Kharis, menambahkan bahwa haul ini juga diadakan untuk memperingati bulan Muharam.
"Alhamdulillah, setiap tahun kami memperingati Haul Ki Ageng Gringsing dengan khusyuk dan meriah. Insyaallah ini menjadi acara rutin," tegasnya.
Tradisi ini menjadi salah satu cara untuk terus mengingat jasa-jasa para ulama besar yang telah memberikan banyak kontribusi dalam penyebaran ajaran Islam.
Sahibul Haul, Muchamad Aghus ZN, menceritakan tentang Ki Ageng Gringsing, seorang ulama besar dari Cirebon yang hidup sekitar tahun 1600 M.
Makamnya ditemukan pada tahun 1991 setelah sempat terlupakan selama beberapa ratus tahun. Nama asli Ki Ageng Gringsing adalah Syah Maulana Raden Abdullah Saleh Sungging. Beliau mengembara dari Cirebon ke arah timur untuk menyebarkan ajaran tauhid.
Dalam pengembaraannya, Syah Maulana bertemu dengan Nyi Rantansari, putri dari Syech Agung Tholib. Setelah menikah, mereka mengadopsi nama Ki Ageng Gringsing dan Nyi Ageng Gringsing sesuai nama daerah tempat mereka tinggal dan menyebarkan agama Islam bersama-sama. Kisah mereka menjadi inspirasi bagi banyak orang tentang dedikasi dan perjuangan dalam menyebarkan agama.
Upaya pencarian makam Ki Ageng Gringsing dimulai pada pertengahan 1980-an oleh lima orang ulama besar ahli muhotob, yang mampu berkomunikasi dengan alam gaib.
Setelah beberapa tahun pencarian dan berkonsultasi dengan Kiai Muhaimin dari Temanggung, akhirnya lokasi makam dapat dipastikan pada tanggal 31 Juli 1991, bertepatan dengan bulan Muharam. Penemuan ini juga membantu melacak silsilah keturunan Ki Ageng Gringsing.
Makam Ki Ageng Gringsing yang terletak di kompleks pemakaman umum selatan Desa Gringsing kini terawat dengan baik.
Banyak peziarah dari berbagai daerah datang berkunjung, mengingat pengaruh besar dan nama harum yang dimiliki oleh Ki Ageng Gringsing. Kehadiran peziarah ini menunjukkan betapa dihargainya kontribusi beliau dalam menyebarkan ajaran Islam.
Acara haul ini tidak hanya menjadi momen untuk mengenang jasa para ulama besar, tetapi juga sebagai refleksi spiritual bagi umat Islam. Pesan-pesan tausiyah yang disampaikan oleh Habib Firdaus menekankan pentingnya keimanan dan ketakwaan dalam menghadapi berbagai tantangan zaman.
Dengan menjaga keimanan, diharapkan umat Muslim dapat tetap teguh dalam menjalankan ajaran agama di tengah arus modernisasi dan godaan duniawi.
Tradisi haul ini menjadi pengingat akan pentingnya menjaga warisan spiritual dan ajaran agama yang telah diwariskan oleh para ulama terdahulu. Dengan melestarikan tradisi ini, diharapkan generasi muda dapat terus menghargai dan mengamalkan nilai-nilai keislaman yang telah diajarkan oleh para pendahulu.
Haul Ki Ageng Gringsing dan Kiai Mabrur menjadi bukti nyata betapa kuatnya ikatan spiritual dan rasa hormat masyarakat terhadap para ulama besar yang telah berjasa dalam menyebarkan ajaran Islam.
Melalui peringatan ini, nilai-nilai keimanan dan ketakwaan terus ditanamkan dalam diri setiap umat, menjadikan mereka lebih kuat dalam menghadapi tantangan zaman.
Post a Comment