googlesyndication.com

0 Comment
Ketegangan Antara Iran dan Israel: Kekhawatiran Warga Akan Serangan Balasan
Pekalongannews, Teheran - Warga Iran kini hidup dalam bayang-bayang ketegangan yang semakin membesar menyusul serangkaian insiden akhir pekan lalu, di mana Iran meluncurkan serangan drone dan rudal yang menimbulkan kekhawatiran akan kemungkinan serangan balasan dari Israel.

Para pemimpin politik dan militer Iran telah mengeluarkan peringatan keras, menegaskan bahwa setiap serangan balasan dari Israel akan direspons dengan peningkatan ketegangan yang lebih besar lagi.

Ketakutan dan kekhawatiran merajalela di kalangan warga Iran, tercermin dari kesaksian Hesam, seorang guru di Kota Amol, yang mengungkapkan kegelisahannya akan keselamatan diri dan keluarganya. 

"Tekanan ekonomi semakin berat, keselamatan kami terancam, kami harus berupaya menghindari konflik dengan segala cara yang kami bisa. Saya tidak ingin terlibat dalam perang, bagaimana saya bisa melindungi kedua anak saya di tengah-tengah situasi seperti ini," ujar Hesam dengan nada keprihatinan yang mendalam.

Parvaneh, seorang ibu rumah tangga di Kota Yazd, juga menggambarkan ketakutannya akan dampak serangan Israel terhadap ekonomi yang sudah terpuruk akibat dari sanksi-sanksi internasional, kesalahan pengelolaan, dan korupsi yang merajalela.

"Rakyat Iran telah cukup menderita selama bertahun-tahun. Perang hanya akan membawa penderitaan yang lebih besar lagi. Suami saya bekerja di pabrik. Kami bahkan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, apalagi untuk menimbun persediaan makanan," ungkap Parvaneh dengan nada prihatin.

Dari lapisan masyarakat kelas menengah dan bawah, terdapat beban ekonomi yang semakin berat. Dengan tingkat inflasi yang melonjak melebihi 50 persen, kenaikan harga utilitas, pangan, dan perumahan, serta penurunan tajam nilai mata uang Rial, warga Iran merasakan dampak langsung dari ketegangan politik yang semakin meningkat. 

Meskipun ada rasa bangga atas serangan Iran terhadap Israel, seperti yang diungkapkan oleh Hossein Sabahi, seorang pegawai pemerintah di Kota Tabriz, namun ketakutan akan dampak ekonomi yang lebih parah masih menghantui pikiran banyak orang.

Tidak lama setelah serangan Iran terhadap Israel, terjadi unjuk rasa di beberapa kota di Iran yang mendukung Teheran. Namun, di balik semangat patriotisme tersebut, tergambar pula realitas keadaan ekonomi yang sulit.

Nilai mata uang Rial mengalami penurunan drastis terhadap Dolar AS, mencapai titik terendahnya. Hal ini mengakibatkan kepanikan di pasar mata uang, dengan masyarakat yang berbondong-bondong untuk membeli mata uang keras guna mengantisipasi kemungkinan perang yang dapat merusak ekonomi negara.

Selain dampak ekonomi, pemerintah Iran juga dihadapkan pada tantangan baru dalam mengelola ketegangan ini. 

Unit intelijen Garda Revolusi Iran telah mengeluarkan peringatan kepada pengguna media sosial Iran untuk tidak membuat unggahan yang pro-Israel.

Saat beberapa pemerintah Barat mulai mengevakuasi keluarga para diplomat mereka dari Iran, kekhawatiran warga Iran semakin meningkat.

Kenangan akan invasi Irak pada tahun 1980 dan gejolak revolusi 1979 kembali menghantui pikiran banyak orang, meninggalkan mereka dalam ketakutan akan kemungkinan serangan Israel dan isolasi internasional yang semakin dalam.

Mereka berharap agar situasi dapat diselesaikan dengan cara damai tanpa harus terlibat dalam konflik yang dapat mengancam keselamatan dan kesejahteraan mereka.

Post a Comment

 
Top