googlesyndication.com

0 Comment
Sugeng ayah dari Yuna, saat ditemui, Rabu (26/6/19) di kediamanya membenarkan, aksi nekat anak ketiganya tersebut dipicu oleh rasa kecewa hingga berujung pembakaran belasan piagam penghargaan.
Kabupaten Pekalongan
Lantaran kecewa tidak bisa diterima di sekolah yang diinginkan , seorang siswa SD di Kajen, Kabupaten Pekalongan, nekat membakar belasan piagam penghargaan atau prestasi yang pernah diraihnya.

Aksi nekat anak yang bernama Yuna (11) tersebut dipicu rasa kecewa karena cita-citanya masuk sekolah SMP 1 Kajen gagal hanya karena sistem zonasi, meski secara akademik maupun non akademik sarat dengan prestasi bahkan yang bersangkutan merupakan anak cerdas dengan dibuktikan sejak kelas tiga SD hingga kelas enam selalu menyabet juara satu.

Sugeng Witoto (50), ayah dari Yuna, saat ditemui, Rabu (26/6/19) di kediamanya, Perumahan Griya Kajen Indah, Desa Gandarum, Kajen, membenarkan, aksi nekat anak ketiganya tersebut dipicu oleh rasa kecewa hingga berujung pembakaran belasan piagam penghargaan.

"Yang dibakar sekitar 15 piagam, beruntung belasan piala yang juga mau dibakar berhasil diselamatkan oleh ibunya, karena keburu ketahuan," ungkapnya.

Sugeng menuturkan, sebagai orang tua, dirinya memahami dan tidak berusaha melarang aksi yang dilakukan oleh anak bungsunya. 

Kendati demikian, saya tidak sampai menyalahkan pemerintah selaku penyelenggara sekaligus pembuat kebijakan meski kerap merepotkan orangtua.

"Saya justru kecewa dengan sistem zonasi yang diterapkan sekarang. Bagaimana tidak, anak saya masih dalam satu zonasi yakni berjarak radius 2000 meter dari sekolah tapi tetap saja tidak diterima. Mau menggunakan jalur prestasi non akademik diharuskan keluar dari zonasi," keluhnya.

Dia menjelaskan, inisiatif membakar belasan piagam murni dilakukan oleh anak bungsunya karena menganggap jerih payah, kerja keras dan perjuangan untuk bisa menjadi yang terbaik di sekolah sia-sia selama ini.


"Sesuai pengakuanya sendiri, buat apa penghargaan atau piagam kalau akhirnya harus tersingkir dari sekolah SMP pilihanya hanya karena sistem zonasi dan dia katanya tidak menyesal membakar semuanya," tuturnya.

Post a Comment

 
Top