googlesyndication.com

0 Comment
Pakaian Bekas Impor Masih Diburu Masyarakat
lapak penjual pakaian bekas laris
Kabupaten Batang
Meski ditengarai mengandung bakteri yang berbahaya bagi kesehatan, pakaian bekas impor ternyata hingga kamis (5/2/15) lalu masih banyak diburu pembeli. Padahal sudah dihimbau oleh pemerintah melalui Kementrian Agama.

Dari pantauan pekalongan-news.com di kabupaten Batang masih marak dan laris diburu masyarakat. Bahkan setiap bulan omsetnya terus meningkat. Kios pakaian impor yang berada di jalan pemuda, kelurahan pasekaran, kecamatan Batang salah satunya. Meski baru dibuka, namun pembeli sudah mulai berdatangan. Harga yang dipatok pun relative murah, dari mulai Rp 8.000 hingga Rp 400 ribu.

Abdul Mufid, 27, warga desa Pecalungan, salah satu pembeli mengatakan untuk sekedar mencari pakaian hangat ia lebih cenderung memilih pakaian bekas di kios tersebut. Kata dia selain harganya murah, juga barangnya bagus.

“saya Cuma mencari jaket, sebab di daerah saya sering hujan. Apalagi kalau sore hari. Untuk sekedar cari pakain hangat saja tidak terlalu membutuhkan modis, yang penting murah,” aku Mufid saat dijumpai di kios tersebut.

Nasikhin, salah seorang penjual pakaian bekas impor mengatakan bahwa pihaknya sudah menjalani usahanya tersebut sejak dua tahun lalu. Barang-barang dagangannya tersebut ia datangkan dari Korea Selatan dan jepang dalam bentuk bal-balan yang kemudian dijual secara eceran.

“Peminatnya sangat banyak, apalagi saat ada kiriman baru, dan saya pampang di depan kios,” katanya.

Ia mengaku ketika ia mendapatkan barang baru dari luar negeri, ia hanya merapihkannya saja dengan setrika tanpa ia cuci terlebih dahulu. Padahal dimungkinkan adanya bakteri yang masih menempel dalam pakaian impor tersebut. Namun ia juga mengaku bahwa hingga kini pihaknya belum pernah mendapatkan penyuluhan terkait bahaya bakteri yang ada dalam pakaian bekas impor.

“Selama ini belum pernah ada penyuluhan dari dinas manapun, yang jelas saya hanya menjual apa adanya, itu saja,” kata Nasikhin.

Post a Comment

 
Top