googlesyndication.com

0 Comment
Kumparan Pintu Gerbang Keluar Masuknya Makhluk Gaib
Ilustrasi bentuk Kumparan Gerbang

Batasan tempat angker sering berhenti pada seringnya terjadi penampakan makhluk gaib yang menunjuk pada suatu lokasi tertentu. Pemilihan jenis makhluk gaib yang muncul pun tidak memperhatikan bermacam ragam jin. Ia hanya dipukul rata, mengikuti apa yang nampak disesuaikan dengan jelmaan tersamar. Sekilas nampak menyesuaikan kehendak jin yang bersangkutan.

Menurut penalaran logika akal, tidaklah mungkin kehidupan alam jin berbarengan dengan alam manusia. Setidak-tidaknya berada pada satu level dimensi yang berbeda. Lalu kenapa dalam tayangan realitas metafisika di acara-acara televisi, dan bagi orang-orang yang lazimnya mengklaim memiliki mata ketiga bisa dengan mata telanjang melihat makhluk gaib sedemikian rupa mudahnya. Seolah mereka pun berjajar di sekeliling kita sebagaimana tetangga kita di alam nyata. 


Tidak jauh berbeda dengan keberadaan mustika atau pusaka ampuh, orang kebanyakan begitu saja mengklaim bahwa benda-benda tersebut sering berada pada tempat-tempat seperti makam orang yang dimuliakan dalam koridor agama atau keturunan kerajaan. Benarkah kedua fenomena yang diyakini secara umum ini tidak mengandung unsur yang bersifat bertolak belakang (ironis). Atau, tidakkah tertantang untuk mempertanyakan kebenaran faktual secara kegaiban yang sebenar-benarnya?

Alam gaib bersifat tidak berbatas ruang dan waktu. Jadi segala sesuatu yang merujuk keberadaan suatu benda bisa dimana saja dan bisa diakses kapan saja. Sebagai contoh, kilas lintasan berkas sinar yang sering laksana beterbangan dan terjatuh menimpa batang pohon, rumpun-rumpun bambu, melesak ke dalam batu segede gajah, atau bahkan terjerembab ke tanah. Di lain sisi, sering terdengar orang yang berilmu tinggi mengisahkan bahwa sesuatu benda pusaka/mustika memiliki khodam. Secara sederhana pun, seseorang yang akan mendapatkan kepercayaan merawat suatu pusaka – mustika sering ditemui terlebih dahulu seorang kakek-kakek atau wujud seorang jawara, kyai, pertapa, raksasa, atau apapun, yang kiranya tidak lain dan tidak bukan mereka sendirilah yang merupakan khodam dari benda-benda itu. 

Pada intinya, benda-benda yang akhirnya mewujud meski melalui proses dematerialisasi tidak berujud) menuju materialisasi (berujud) tetap keberadaannya memang ada yang membawa dan melakukan suatu upaya materialisasi tadi. Toh, di alam nyata ini segala sesuatu harus ada lantarannya. Sedang di alam gaib jin sana sendiri pun telah awam bahwa mereka selalu mencirikan kesenangan membawa senjata atau pusaka.

Sejalan dengan penalaran logika akal, penalaran kecerdasan metafisis pun mengabsahkannya. Membenarkan bahwa, perbedaan dimensi alam manusia dan jin terpisah, atau istilah kerennya ” terhijab” oleh suatu tabir tipis. Saking tipisnya hingga tak kentara atau kasat mata. Dunia nyata membutuhkan pengesahan suatu pintu gerbang sebagai lantaran untuk bisa diterima akal.

Dari pengalaman penulis, gerbang tersebut berupa suatu kumparan menyerupai kabut melingkar-lingkar ke atas, bergaris-garis lembut laksana puting beliung (tornado,) dengan dasar berbentuk oval, dan lobang paling atas merupa robekan kurva lebih besar daripada dasar ovalnya. Sepintas lalu tampak seperti jamur besar yang banyak tumbuh di tengah hutan, tapi dengan bagian atas bukan menyerupai payung, melainkan lubang menganga lebar. Robekan kurva inilah yang dijadikan para makhluk gaib untuk melakukan aktivitas keluar-masuknya di kedua dimensi alam. Keberadaannya bisa terletak di kebun, di dalam atau sisi luar rumah, bahkan di antara keriuhan lalu-lalang tempat manusia beraktivitas. Hanya saja, pengamatan yang dihasilkan baru tertuju pada seringnya yang memanfaatkan aktivitas keluar-masuknya pada pintu gerbang itu dari golongan jin kasar. Singkatnya, mereka-mereka yang lazim disebut orang kebanyakan sebagai golongan siluman, yaitu yang bermuka seram-menyeramkan. Belum ditemui golongan jin yang berilmu tinggi, kalangan jin Islam yang sebenar-benarnya muslim, atau spesies jin yang berasal dari materi asal penciptaan yang lebih/paling halus, seperti jin air yang sering tampak lembut menyerupai hologram bening mengikuti gerak gelombang sebagaimana air beriak kecil dan golongan jin berkas cahaya yang menyejukkan mata. Kiranya mereka yang disebut terakhir yang masih menjadi PR pengalaman selanjutnya.

Selama menjadi pengamat metafisika, terutama bagi orang-orang yang kebetulan melewati Desa Karang Papak, Pelabuhan Ratu, Sukabumi, dan Desa Parakan Muncang, dekat Cicalengka, Kabupaten Bandung. Karena disitulah penulis menemukan pengalamannya.

~Oleh: Arry Anand~

Post a Comment

 
Top