googlesyndication.com

0 Comment
Ancaman Kelangkaan Sarana Pengendalian Populasi Nyamuk
Gambar Ilustrasi :Demam Berdarah
Hidup di iklim tropis bersuhu relatif panas, Sebagaimana lokasi pemukiman mendekati dan di sekitar Pesisir Pantai menyajikan suatu lingkungan yang bersinggungan langsung dengan ancaman populasi nyamuk.

Betapa nyaman hidup di masa lalu ketika nyamuk hanya beroperasi saat menjelang malam tiba, Seiring berlalunya waktu kian dirasa bahwa nyamuk sudah tidak mengenal waktu lagi untuk melancarkan aksinya. 

Populasi yang semakin berkembang merupakan alasan yang mendasar alangkah sudah jauh dari kenyamanan beraktivitas sehari-hari bersama gangguan ulah nyamuk, semakin lembab atau semakin terdapat banyak kubangan air semakin rentan menyuguhkan habitat yang layak bagi perkembangbiakan nyamuk baik dari jenis Culex, Anopheles, atau bahkan Aedes Aegypti. Kekumuhan yang diakibatkan semakin berkembangnya kehidupan masyarkat industri pun memberikan sumbangsih yang tak dapat terhindarkan dari kegerahan akan semakin meningkatnya populasi nyamuk. 

Sejenak orang sering mengharapkan adanya tindakan antisipasi yang lazim dilakukan oleh dinas terkait, seperti dinas kesehatan setempat, semisal penyelenggaraan “Fogging” atau pengasapan. Seakan terlintas dengan tindakan fogging ini mampu menjadi upaya alternatif pengendalian terhadap perkembangbiakan nyamuk.

Namun kiranya tidak semudah itu adanya. Berbagai alasan mengemuka menepis tidak dilakukannya lagi fogging, kecuali terjadi perluasan endemik wabah penularan penyakit seperti DBD, kaki gajah, atau Chikungunya. Ternyata fogging memiliki potensi paradoks sebagaimana berikut ini:

  1. Derajat keseringan tinggi dalam menyelenggarakan tindakan fogging bisa menyebabkan nyamuk kebal terhadap jenis obat insektisida yang digunakan.
  2. Tindakan fogging hanya mampu memberantas nyamuk-nyamuk dewasa.
  3. Ancaman kontaminasi saluran pernafasan.
  4. Ancaman keracunan makanan.
Kiranya cukup mengecewakan bila tehnologi berhenti tanpa diikuti pengembangan kiat-kiat dalam melakukan upaya pengendalian populasi nyamuk. Kecuali berharap pada pelaksanaan himbauan program PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk). Dengan kata lain, anggota masyarakat dianjurkan untuk lebih memperbaiki pola hidup bersih, rapi, dan tertib.

  • Pemeliharaan sanitasi, dengan menciptakan saluran-saluran pembuangan air limbah yang lancar dan bersih dari sumbatan-sumbatan sampah.
  • Tidak membiarkan genangan-genangan air teronggok begitu saja. Baik dari ember maupun kaleng bekas, atau bahkan bilamana perlu bak mandi diberi penutup.
  • Penyertaan pemeliharaan ikan pemakan jentik nyamuk.
  • Mengurangi gantungan-gantungan pakaian ataupun kesemrawutan penataan ruang yang kelihatan kumuh.
Suatu kondisi yang cukup spekulatif manakala disadari bahwa tanggung jawab penyelesaian masalah dikembalikan kepada masyarakat itu sendiri, yang notabene kecil sekali dalam pemilikan budaya pendisiplinan diri. 

Bersiap-siaplah menerima kerawanan bahaya yang ditimbulkan nyamuk di waktu-waktu selanjutnya, baik dari segi kuantitas jumlahnya yang semakin membludak dan semakin lepas kendali, maupun mutasi gennya yang semakin kebal terhadap reaksi kimiawi dari solusi instant penggunaan sarana penolak nyamuk di pasaran umum, seperti: obat nyamuk bakar, insektisida semprot, dan lotion/repellent. Hanya 3 alternatif solusi yang paling dapat diandalkan dalam menghindarkan diri dari bersinggungan langsung dengan nyamuk, yaitu: pemasangan Air Conditioner/AC, pemasangan kawat kasa pada setiap lubang ventilasi termasuk pintu dan jendela, serta kelambu di tempat tidur.

Arry Anand (Pekalongan-News)


Post a Comment

 
Top