googlesyndication.com

0 Comment
Kota Pekalongan- 
Ditengah carut-marutnya distribusi buku ajar kurikulum 2013, proses belajar mengajar di wajib kan terus berjalan sesuai target meskipun di liputi kecemasan ketersediaan buku dan sarana prasa rana di sekolah.

Hal tersebut terlihat ketika pekalongan-news. com melihat langsung proses belajar dengan sis tem praktik tematik-integratif  kelas 5 SD Poncol 3 yang menggali dan mengenali wayang, pendalangan, kebudayaan serta kearifan lokal sesuai tema di buku yang diajarkan, Manusia dan Lingkungan, di ruang karawitan dan ruang pamer koleksi keris di Dinas Perhubungan, Pariwisata dan Kebudayaan kota Pekalongan Rabu (17/9/14).

'' Dalam praktik kurikulum 2013 ini siswa tidak di tuntut untuk pandai akan tetapi di ajari untuk kreatif dan berani menyampaikan pendapat pribadi sesuai tema yang di ajarkan, serta diajari untuk mengenali sehingga tumbuh di benak siswa untuk mengesplore hal-hal yang baru di kenali tadi.'' terang Bambang Trianto Spd  
yang mengajak anak didiknya mengunjungi fasilitas budaya serta mendapatkan pencerahan dari ahlinya langsung Wiwid Sri Kuncoro yang juga seorang dalang dari Dishubparbud.

Bambang menjelaskan dirinya juga di tuntut kreatif menterjemahkan isi buku teks agar setiap sub tema yang ada bisa di terapkan  selalu dengan hal-hal baru untuk di kaji oleh siswa.

Pengenalan secara langsung baik visual maupun lingual akan khasa
nah kekayaan budaya nusantara melalui mengunjungi maupun mendatangkan ahlinya langsung di pandang perlu untuk memancing tumbuh kembangnya minat dari siswa terhadap segala yang di hasilkan dari produk budaya seperti karya seni berupa karawitan, keahlian mendalang, nyinden, geguritan, keris, batik maupun kearifan lokal lainya, hal tersebut di katakan Wiwid Sri Kuncoro Ssn usai memberikan materi kepada para siswa SD Poncol 3.

" terlihat hal-hal baru yang sebelumnya belum pernah di ajarkan kini mamapu membuat siswa punya rasa ingin tahu dan tadi saya sempat mendengar ada beberapa yang minta di ajarkan mendalang dan nyinden, hal yang positif demikian kita kembalikan lagi ke sekolah bagaimana mengolahnya.'' jelas Wiwid.

Sebuah PR besar muncul di depan mata belum lagi beres soal buku kini agaknya praktisi pendidikan negeri ini sedikit perlu memikirkan bagaimana agar tidak terjadi gap antara sekolah yang mampu menyediakan fasilitas untuk menghasilkan kreatifitas dengan sekolah yang pasrah melaksanakan kurikulum dengan terpaksa karena keadaan.


Post a Comment

 
Top