Pekalongannew, Kota Pekalongan – Di tengah gempuran batik printing yang merajalela di pasaran, Oszha Batik Kauman tetap teguh berdiri menjaga marwah batik tulis klasik khas Pekalongan.
Usaha batik yang dirintis keluarga M. Fauzi Hidayat ini menjadi saksi betapa kuatnya semangat pelaku UMKM dalam melestarikan warisan budaya sekaligus beradaptasi dengan perubahan zaman.
“Alhamdulillah, kami sudah lama bermitra dan saling mendukung dengan Dekranasda. Banyak sekali bantuan dan dukungan yang kami terima, seperti ikut pameran, pendampingan, dan display produk di showroom Dekranasda,” ujar Fauzi saat menerima kunjungan Ketua Dekranasda Kota Pekalongan dalam kegiatan monitoring dan evaluasi UMKM binaan, kemarin.
Menurut Fauzi, kemitraan dengan Dekranasda Kota Pekalongan bukan hanya simbol formalitas, melainkan bentuk nyata dari ekosistem dukungan bagi pelaku UMKM batik di Kauman dan sekitarnya.
Ia menuturkan, melalui kegiatan pameran dan promosi bersama, produk Oszha Batik semakin dikenal masyarakat luas, bahkan menembus pasar luar daerah.
Oszha Batik dikenal luas sebagai produsen batik encim khas Pekalongan dengan karakter lembut, warna cerah, dan motif halus yang dikerjakan sepenuhnya secara manual.
“Produksi kami memang cenderung halus karena fokus pada batik encim. Dalam satu bulan kami bisa membuat sekitar lima kodi. Kami ingin menjaga kualitas dan ciri khas batik Pekalongan yang halus dan berwarna cerah,” jelas Fauzi.
Ia menegaskan, keindahan batik bukan hanya terletak pada motif, tapi juga pada nilai ketulusan dan ketekunan di balik setiap goresan canting.
Dalam showroom Dekranasda, beberapa koleksi Oszha Batik bahkan menjadi perhatian wisatawan karena kehalusan detail dan kombinasi warna yang berani namun elegan.
Meski begitu, Fauzi tak menutup mata terhadap tantangan besar yang datang dari industri batik printing murah yang membanjiri pasar.
“Tantangan kami sebenarnya masih sama, klasik yaitu dari sektor batik printing. Ada juga produk-produk yang meniru motif batik kami dengan harga murah. Tapi bagi kami, itu justru jadi tuntutan untuk terus berinovasi,” ujarnya tegas.
Inovasi bagi Oszha Batik bukan berarti meninggalkan tradisi, melainkan memperkaya warisan dengan sentuhan baru yang relevan dengan selera pasar modern.
Mereka mulai mengembangkan variasi desain klasik seperti Parang, Kawung, Jlamprang, dan Buketan dengan warna-warna segar dan pola modern agar tetap menarik bagi generasi muda.
Fauzi juga mengakui bahwa tahun 2025 bukan tahun yang mudah bagi para pelaku UMKM.
“Tahun 2025 secara keseluruhan memang ada penurunan. Saya dengar ini merata di semua sektor, tapi Alhamdulillah kami masih bisa terus berjalan,” ungkapnya dengan nada optimis.
Ia berharap sinergi antara pelaku batik dan Dekranasda tidak berhenti di pameran semata, melainkan terus berlanjut dalam bentuk pelatihan, digitalisasi pemasaran, dan promosi lintas daerah.
“Harapan kami, semoga kerja sama dengan Dekranasda terus berlanjut, dan kami para pengrajin bisa semakin kreatif serta tetap menjaga jati diri batik asli Pekalongan,” pungkasnya.
Ketua Dekranasda Kota Pekalongan yang turut hadir dalam kunjungan tersebut menegaskan bahwa pihaknya berkomitmen untuk terus mendorong daya saing batik Pekalongan di tengah kompetisi pasar yang semakin kompleks.
Menurutnya, keunikan batik tulis Pekalongan adalah identitas kultural yang tidak bisa digantikan oleh mesin.
“Batik tulis itu punya ruh dan cerita yang tidak dimiliki batik printing. Karena itu, kami ingin terus mendampingi para pengrajin agar tetap eksis dan mampu menembus pasar digital,” tuturnya.
Oszha Batik Kauman bukan sekadar produsen kain, melainkan penjaga nilai, pengemban tradisi, dan pelaku ekonomi yang menolak tunduk pada arus seragam industri.
Dari lorong kecil di Kauman, Pekalongan, mereka mengirim pesan yang sederhana namun kuat: bahwa batik klasik tak akan pernah mati selama masih ada tangan-tangan yang mencintainya.
Usaha batik yang dirintis keluarga M. Fauzi Hidayat ini menjadi saksi betapa kuatnya semangat pelaku UMKM dalam melestarikan warisan budaya sekaligus beradaptasi dengan perubahan zaman.
“Alhamdulillah, kami sudah lama bermitra dan saling mendukung dengan Dekranasda. Banyak sekali bantuan dan dukungan yang kami terima, seperti ikut pameran, pendampingan, dan display produk di showroom Dekranasda,” ujar Fauzi saat menerima kunjungan Ketua Dekranasda Kota Pekalongan dalam kegiatan monitoring dan evaluasi UMKM binaan, kemarin.
Menurut Fauzi, kemitraan dengan Dekranasda Kota Pekalongan bukan hanya simbol formalitas, melainkan bentuk nyata dari ekosistem dukungan bagi pelaku UMKM batik di Kauman dan sekitarnya.
Ia menuturkan, melalui kegiatan pameran dan promosi bersama, produk Oszha Batik semakin dikenal masyarakat luas, bahkan menembus pasar luar daerah.
Oszha Batik dikenal luas sebagai produsen batik encim khas Pekalongan dengan karakter lembut, warna cerah, dan motif halus yang dikerjakan sepenuhnya secara manual.
“Produksi kami memang cenderung halus karena fokus pada batik encim. Dalam satu bulan kami bisa membuat sekitar lima kodi. Kami ingin menjaga kualitas dan ciri khas batik Pekalongan yang halus dan berwarna cerah,” jelas Fauzi.
Ia menegaskan, keindahan batik bukan hanya terletak pada motif, tapi juga pada nilai ketulusan dan ketekunan di balik setiap goresan canting.
Dalam showroom Dekranasda, beberapa koleksi Oszha Batik bahkan menjadi perhatian wisatawan karena kehalusan detail dan kombinasi warna yang berani namun elegan.
Meski begitu, Fauzi tak menutup mata terhadap tantangan besar yang datang dari industri batik printing murah yang membanjiri pasar.
“Tantangan kami sebenarnya masih sama, klasik yaitu dari sektor batik printing. Ada juga produk-produk yang meniru motif batik kami dengan harga murah. Tapi bagi kami, itu justru jadi tuntutan untuk terus berinovasi,” ujarnya tegas.
Inovasi bagi Oszha Batik bukan berarti meninggalkan tradisi, melainkan memperkaya warisan dengan sentuhan baru yang relevan dengan selera pasar modern.
Mereka mulai mengembangkan variasi desain klasik seperti Parang, Kawung, Jlamprang, dan Buketan dengan warna-warna segar dan pola modern agar tetap menarik bagi generasi muda.
Fauzi juga mengakui bahwa tahun 2025 bukan tahun yang mudah bagi para pelaku UMKM.
“Tahun 2025 secara keseluruhan memang ada penurunan. Saya dengar ini merata di semua sektor, tapi Alhamdulillah kami masih bisa terus berjalan,” ungkapnya dengan nada optimis.
Ia berharap sinergi antara pelaku batik dan Dekranasda tidak berhenti di pameran semata, melainkan terus berlanjut dalam bentuk pelatihan, digitalisasi pemasaran, dan promosi lintas daerah.
“Harapan kami, semoga kerja sama dengan Dekranasda terus berlanjut, dan kami para pengrajin bisa semakin kreatif serta tetap menjaga jati diri batik asli Pekalongan,” pungkasnya.
Ketua Dekranasda Kota Pekalongan yang turut hadir dalam kunjungan tersebut menegaskan bahwa pihaknya berkomitmen untuk terus mendorong daya saing batik Pekalongan di tengah kompetisi pasar yang semakin kompleks.
Menurutnya, keunikan batik tulis Pekalongan adalah identitas kultural yang tidak bisa digantikan oleh mesin.
“Batik tulis itu punya ruh dan cerita yang tidak dimiliki batik printing. Karena itu, kami ingin terus mendampingi para pengrajin agar tetap eksis dan mampu menembus pasar digital,” tuturnya.
Oszha Batik Kauman bukan sekadar produsen kain, melainkan penjaga nilai, pengemban tradisi, dan pelaku ekonomi yang menolak tunduk pada arus seragam industri.
Dari lorong kecil di Kauman, Pekalongan, mereka mengirim pesan yang sederhana namun kuat: bahwa batik klasik tak akan pernah mati selama masih ada tangan-tangan yang mencintainya.


No comments:
Post a Comment