googlesyndication.com

0 Comment

Keterangan Gambar : Anggota KUB Makmur Jaya saat memasak krupuk. Foto: Itung kontributor Batang

Pekalongannews, Batang - Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 2x1.000 MW di Desa Ujungnegoro, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang, memberikan dampak signifikan bagi sejumlah emak-emak di wilayah tersebut. 

Mereka mengalami kehilangan penghasilan tambahan akibat perubahan fungsi lahan pertanian yang digunakan untuk pembangunan pembangkit listrik. Meskipun demikian, kehilangan penghasilan tersebut tidak berlangsung lama karena adanya tanggung jawab sosial dari konsorsium PLTU Batang, PT Bhimasena Power Indonesia (BPI), yang membentuk Kelompok Usaha Bersama (KUB) pada tahun 2014.

KUB Maju Jaya Desa Ujungnegoro merupakan salah satu dari 207 KUB binaan CSR PT BPI, yang terdiri dari 2.975 anggota. Program binaan PT BPI melibatkan sejumlah desa di sekitar perusahaan pengelola PLTU Batang. KUB Maju Jaya fokus pada produksi krupuk usek dan anggotanya terdiri dari puluhan emak-emak dengan ketua bernama Astuti.

Astuti menjelaskan bahwa KUB Maju Jaya didirikan pada tahun 2014 sebagai bagian dari Corporate Social Responsibility (CSR) PT Bhimasena Power Indonesia (BPI). 

"Awalnya, KUB ini hanya mampu memproduksi 30 kilogram kerupuk per hari. Namun, saat ini mereka mampu memproduksi sekitar 3 kuintal (300 kilogram) kerupuk per hari," jelasnya.

Dalam proses produksinya, tidak semua jenis kerupuk digoreng menggunakan minyak. Sebagai contoh, kerupuk usek khas Batang dimasak dengan menggunakan pasir pantai secara tradisional. KUB Maju Jaya juga memproduksi 10 jenis kerupuk lainnya.

Astuti menjelaskan bahwa proses memasak kerupuk usek menggunakan tungku berbentuk tabung yang dipanaskan di bagian bawahnya. 

Pasir pantai dimasukkan ke salah satu bagian dari tungku tersebut. Kerupuk kemudian dimasukkan ke lubang tungku dan diputar. Pasir pantai tersebut secara perlahan jatuh dalam tungku dan membantu mematangkan kerupuk.

"Setelah proses ini selesai, pasir pantai hanya bisa digunakan sekali dan tidak bisa digunakan lagi untuk memasak kerupuk," katanya.

Jumlah anggota KUB Maju Jaya saat ini mencapai 21 orang. Produksi kerupuk dilakukan di empat titik lokasi yang mampu menghasilkan 25 kilogram kerupuk usek per hari. Untuk memproduksi 25 kilogram kerupuk usek, diperlukan sekitar setengah karung pasir pantai.

Selain kerupuk usek, KUB Maju Jaya juga memproduksi 10 jenis kerupuk lainnya. Total produksi mereka saat ini mencapai 3 kuintal atau 300 kilogram. Hasil produksi kerupuk ini dijual oleh para ibu-ibu anggota KUB kepada masyarakat sekitar kampung. Sementara itu, para bapak anggota KUB menjual kerupuk hingga ke luar desa.

Astuti menjelaskan bahwa melalui KUB ini, para anggota dapat mendapatkan penghasilan tambahan sebesar Rp 60 ribu dalam setengah hari. Hal ini memberikan dampak positif bagi para emak-emak dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga mereka.

"Selain memberikan manfaat ekonomi, KUB Maju Jaya juga berperan penting dalam melestarikan tradisi memasak kerupuk usek secara tradisional. Penggunaan pasir pantai dalam proses memasak kerupuk memberikan keunikan tersendiri pada produk kerupuk khas Batang," tandasnya.

Kehadiran PLTU Batang mungkin telah mengubah lahan pertanian menjadi pembangkit listrik, tetapi melalui program CSR PT BPI dan pendirian KUB Maju Jaya, emak-emak Desa Ujungnegoro dapat mengatasi dampak negatif tersebut dengan menciptakan peluang usaha baru.

Dalam kesimpulannya, berdirinya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 2x1.000 MW di Desa Ujungnegoro memiliki dampak sosial ekonomi yang signifikan bagi masyarakat setempat, khususnya para emak-emak. 

Meskipun kehilangan penghasilan dari lahan pertanian, mereka berhasil bangkit melalui pendirian Kelompok Usaha Bersama (KUB) dan memproduksi berbagai jenis kerupuk, termasuk kerupuk usek yang khas menggunakan pasir pantai. Program CSR PT BPI telah memberikan dorongan dan dukungan untuk pengembangan usaha ini, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga emak-emak Desa Ujungnegoro.

Post a Comment

 
Top