googlesyndication.com

3 Comment
pekalongan-news.com
Foto Dok : istimewa
Kota Pekalongan
Kondisi ekonomi Indonesia yang belum menentu menjadi salah satu alasan ratusan pedagang batik atau pemilik kios batik di Pasar Grosir Setono menutup usahanya. Hal tersebut diakui oleh Maskur Makmun, Ketua Koperasi Grosir Setono, beberapa waktu lalu.
"Dari 600 an kios yang kami kelola, 480 an diantaranya merupakan kios yang menjual produk batik. Sedangkan sisanya adalah outlet makanan," ungkap Maskur.
Maskur menyebut, sedikitnya 30 persen dari 480 kios batik yang ada dalam kondisi tidak aktif atau ditutup oleh pemiliknya karena berbagai hal. Salah satunya kondisi ekonomi.

Maskur menjelaskan, secara umum kondisi perekonomian Indonesia sedang menurun. Sehingga pengaruh tersebut sangat dirasakan oleh para pedagang yang sebagian besar juga merangkap sebagai pengrajin.

Seperti diketahui, lanjut Maskur, semua komponen atau bahan kain seperti benang dan pewarna adalah produk impor yang sangat bergantung dengan kurs Dollar.
"Jika rupiah melemah, mereka sangat terpengaruh sekali. Sebab ongos produksi akan menentukan harga jual batik. Sementara harga jual yang naik akan sangat perpengaruh penjualan dan pendapatan," papar Maskur.
Mungkin alasan tersebut, kata Maskur, pemilik usaha atau pemilik kios lebih memilih untuk menutup usahanya.
Berbagai usaha telah dilakukan pengelola Koperasi untuk membantu pedagang di Pasar Grosir Setono, seperti berkomitmen untuk tidak menambah jumlah kios, namun lebih memilih memaksimalkan kios yang ada.
"Ini dilakukan agar keramaian bisa lebih merata termasuk memberikan akomodasi kepada bus besar, bus mini dan elf yang datang berombongan," ucap Maskur.
Di sisi lain Maskur juga menyebut, harga sewa kios di Pasar Grosir Setono tergolong murah dibanding dengan tempat lainnya.
"Kita masih lebih murah, karena di sini per dua tahun hanya ditarik Rp 10 juta, Itu artinya perbulan hanya Rp 300 ribuan dan perhari hanya Rp 15 ribu," beber Maskur.

Post a Comment

 
Top