googlesyndication.com

1 Comment
Musisi Jazz Tanah Air Dan Internasional, Pukau Pecinta Jazz Pekalongan
Trie Utami bersama Chemistry berhasil ajak penonton bernyani bersama lewat lagu di sekitar  kita

Kota Pekalongan
Aksi puluhan musisi jazz tanah air dan internasional, pukau masyarakat pecinta jazz Kota Pekalongan, itulah yang terjadi akhir pekan kemarin di Fuchsia Balroom Hotel Dafam dalam gelaran Pekalongan Jazz Concert 2016,

Sederet musisi jazz terkemuka Indonesia beradu skill dalam kolaborasi permainan jam session dadakan dengan beberapa musisi jazz kenamaan mancanegara.

Sebuah suguhan yang langka untuk ukuran kota kecil seperti Pekalongan. Pukul 19.30 WIB penonton yang sudah memadati Fuchsia Balroom langsung bergemuruh, ketika G-Five, grup band jazz berbakat asal Jogjakarta membuka acara dengan riff-riff lembut namun rancak penuh energi penonton hanya menikmati sajian dengan santai.

Menyudahi permainan G-Five, penonton seperti diajak tak menggeser posisi duduk, karena Ito Kurdi, musisi jazz kondang Ibu Kota yang tergabung dalam Chemistry menghen tak dengan nomor legendaris, Smile Like Teen Spirit milik raja Grunge Nirvana yang diaransemen ulang hingga lagu wajib bagi anak band di tahun 90 an tersebut masih terasa aura gaharnya, kendati terdengar lebih soft dan manis ditangan Ito Kurdi dan Diah Gayatri yang menjadi vokalist malam itu.

Suasana makin pecah tatkala Elton Mayer, saxophonist asal Barzil dengan permainan alat tiupnya mampu menghipnotis telinga penonton. Bahkan Ito Kurdi yang belum turun panggung berimprovisasi mengimbangi permainan Elton Mayer. Belum seberapa, dibelakang set drum, Micah Jhonston penggebuk drum asal Canada menunjukan aksi tak kalah memukau, kelincahan tangan memainkan stik drum dan pedal drum menjadi harmoni permainan jazz kelas wahid. Belum cukup mata penonton disuguhi aksi permainan keren, Keyboardist beken Erik Shondy turut nimbrung. Kecepatan tangan Erik dalam menekan tuts Kiboard tak kalah dalam jam session dadakan tersebut.

Turun panggung, andrenalin para penikmat jazz Kota Pekalongan seperti turun seketika, saat Nayra Dharma dengan memetik gitar akustiknya diatas panggung. Dentingan suara snar gitar, lentik jari dan suara lembut merdu seperti lulluby yang menghanyutkan. Nomor cantik yang dibawakan seperti menembus batas sekat. Suasana hening dan berubah menjadi menghanyutkan. Diliputi penasaran, penonton seperti menanyakan siapakah gadis cantik yang ada dipanggung.

Seperti tahu rasa penasaran audiens, Dony Suhendra gitaris jazz senior tanah air mengenalkan siapa sebenarnya gadis yang berada diatas panggung.

"Namanya Nayra Dharma, putri kecil dari sahabat kami, rekan kami di Krakatau, Pra Budhi Dharma. Usianya baru genap 16 tahun, tapi dikaruniai skill bermusik dan bernyanyi yang tak kalah dengan para seniornya," ucap Donny.
Kendati baru memainkan gitar setahun terakhir, akan tetapi bakat musikalitasnya sudah diatas rata-rata. Penonton pun memberikan aplus meriah untuk Nayra. Tiga buah lagu sukses dibawakan dengan sempurna, bahkan sebuah nomor duet disuguhkan dengan apik meski malam itu baru memainkan tanpa latihan sebelumnya.

Beranjak mendekati tengah malam, setelah jeda aksi ciamik dari Nayra Dharma. Gilang Ramadhan muncul diatas panggung. Tanpa basa-basi Gilang unjuk kebolehan bermain solo dengan gebukan drum yang dinamis. Disusul permainan solo memikat dari Donny Suhendra dan permainan bass bertenaga dari Pra Budhi Dharma. Tiga sekawan yang sekarang tergabung dalam Chemistry menjadi side project disela kesibukan aktivitas ketiganya. Chemistry sebuah band panggung yang menjadi pelestari idialisme bermusik jazz dari mantan Krakatau.

Tiga buah buah nomor instumentalia dituntaskan dengan sempurna diselingi aksi solo dari masing-masing personil Chemistry. Tak cukup pegang stik drum, Gilang rupanya berbakat juga jadi MC yang biasa pegang Mic. Seolah menjadi guru musik, Gilang juga mencoba mengakrabkan kembali dengan mengenalkan jazz sebagai musik yang sarat dengan pengaruh dari aliran musi lain.

Gilang mencoba bertutur banyak soal jazz. Hingga tak terasa lengkap bicara jazz tanpa kehadiran tokoh musik yang dianggap pionir membawakan banyak genre musik.

Tanpa diduga penonton sebelumnya, Trie Utami dan Dian HP melenggang menuju stage dari arah belakang penonton, sontak mata audiens berpaling mengikuti ritme langkah trie Utami hingga menjejakan kaki diatas panggung.

Usai berbasa-basi dengan Gilang Ramadhan soal definisi jazz berikut historynya, Tri Utami langsung menghentak seakan pamer olah vokalnya, Trie Utami memainkan nada-nada sulit di nomor lagu yang belum dikenali audiens. Sampai disini penonton masih tenang sembari berdecak kagum, Tri Utami menunjukan kelasnya sebagai jagoan vokal sesekali celetukan khas saat menjadi juri di ajang pencarian bakat keluar dari mulut Trie Utami, sekedar penyambung ingatan kalau 'pitch control' itu trade marknya saat jadi dewan juri.

Peran dari Gilang Ramadhan yang mengambil alih MC diatas stage cukup menghibur. Terbukti saat Gilang menyentil penonton Pekalongan mempunyai tipikal tenang dan menikmati seluruh sajian jazz dengan ketenanganya sendiri penonton masih saja terdiam, tapi saat Gilang menyebut, yang ini pasti penonton pasti tahu.
"Kita coba yang berbeda, ini jazz yang setandar. Pasti penonton Pekalongan tahu yang ini," ujar Gilang coba menyemangati penonton.
Benar saja, intro lagu yang rupanya dikenali penonton mengalun membuka Hits 'Di Sekitar Kita'. Balroom berkapasitas 600 penontonpun pecah oleh koor massal. Gilang tahu, lagu ini terkam baik di kepala penonton.

Jadilah suasana ballroom yang disesaki oleh 500 lebih penikmat Jazz Pekalongan seolah bergetar, sebagian akrab betul dengan lagu ini. Sebagian lagi masih perlu merangkai ingatan, kembali ke masa lalu di mana lagu ini pernah berjaya. Hingga secara keseluruhan penonton mengerti betul dan menyanyikan bersama terlepas dari makna dan pesan yang disampaikan oleh lirik lagu ini.

Gemilang menjadi lagu ketiga dan terakhir dari Trie Utami dan Chemistry serta aditional player Dian HP yang sedari tadi meladeni kemampuan vokal Trie Utami dan gebukan drum Gilang Ramadhan beserta Chemistry yang digawangi oleh Donny Suhendra dan Pra Budhi Dharma.

Sampai Gilang menutup kata perpisahan, sebagian penonton terlihat masih enggan meninggalkan lokasi, hingga lampu utama dinyalakan semua, baru semua penonton beranjak pergi.


Post a Comment

 
Top