Dr Arif Satria, Dekan IPB Fakultas Ilmu Ekologi Manusia menjadi Khotib saat pelaksanaan Sholat Id di Lapangan Parkir Barat, Stadion Kota Batik, Rabu (23/9/15) kemarin |
Kota Pekalongan
Kesabaran trasendental adalah modal sepiritual yang sangat berarti untuk kontek keindonesiaan saat ini, kita mestinya mentransformasikan kesadaran individual sebagaimana yang ditunjukan Ibrahim menjadikan kesadaran kolektif atau kesabaran sosial. Hal tersebut disampaikan oleh Arif Satria, Dekan Fakultas Ekologi Manusia IPB saat mengawali tausiyahnya usai sholat Idul Adha di Lapa ngan Parkir Barat Stadion kota Batik kemarin.
Menurut Arif, dimensi persoalan yang dihadapi umat Islam semakin kompleks, dan menurutnya umat Islam dituntut untuk meningkat kan kesabaran kolektif yang lebih tinggi.
"Kesabaran yang sudah ditunjukan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail serta Siti Hajar bukanlah kesabaran tanpa aksi. Siti Hajar harus bekerja keras untuk mencari air, sehingga harus berlari sebanyak 7 kali bolak-balik antara bukit Shofa dan bukit Marwah Sampai akhirnya Allah SWT mengaruniainya dengan air zam-zam," jabar Arif dalam tausiyahnya.
Kesabaran kolektif, lanjut Arif, mestinya kita tunjukan pada saat ini, saat bangsa ini menghadapi kemarau yang semakin lama, dimana hujan telah menjadi barang amat mahal yang dinanti, apalagi oleh saudara-saudara kita yang sedang ditimpa musibah asap, akibat dari kebakaran hutan.
"Kesabaran juga kita tunjukan saat hujan lebat, angin kencang, taufan dan bencana banjir. Dalam kontek kekinian tersebut ada beberapa yang dapat diambil pelajaran dalam momentum Idul Adha kali ini," Ucap Arif.
Seperti kisah Siti Hajar yang dengan kerja individual melakukan upaya meme ras keringat untuk mencari air bagi Ismail.
"Hal semacam itu hendaknya bisa kita tranformasikan dalam kehidu pan beragama. Sekali lagi kita harus tunjukan kesabaran kolektif dengan kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas," tuturnya.
Arif menjabarkan, Kerja ikhlas adalah kerja karena sebuah panggilan,'as a calling', kerja ikhlas adalah kerja yang dimaknai ibadah dengan senantiasa mencari ridho Allah SWT.
"Kerja keras dan kerja ihlas kolektif harus kita tingkatkan sebagai wujud kesabaran kita menuju perubahan yg lebih baik, dalam hal ini Allah menegaskan perubahan dapat terjadi bila kita mau dan mampu mengubahnya sendiri," cetusnya.
Idul Adha, ungkap Arif, mengajarkan kita membangun solidaritas sosial melalui mekanisme berbagi.
"Pembagian hewan kurban pada yang berhak hanyalah simbul penting bagi semangat berbagi, mestinya semangat berbagi tidak hanya saat Idul Idha tapi juga pada hari-hari yang lain," terangnya.
Dijelaskan Arif, semangat berbagi sebenarnya bukanlah cost bukanlah biaya melainkan sebuah investasi hasil dari kemurahan hati kita, yang akan dibayar lunas oleh Allah SWT baik didunia maupun diakherat. Bahkan orang yang selalu memberi dijanjikan akan selalu diberi kemudahan oleh Allah SWT.
"Semangat berbagi adalah modal sosial penting bagi keberlanjutan hidup kita. Jadi semangat berbagi diantara kita mampu mendorong jaringan sosial yang kuat dengan tumbuhnya saling percaya dan ini semua bekal kuat bagi kemajuan sosial diantara kita," Ujar Arif.
Diketahui, tausiyah Dr Arif Satria sengaja mengambil tema 'Mentalitas Berkor ban, Sebuah Modal sepiritual Dan Modal Sosial Untuk Berkemajuan.
Arif menilai, tema tersebut konstektual dengan keadaan serta kondisi bangsa dan umat Islam sekarang ini
"Tema ini penting untuk dijadikan sepirit, di tengah dinamika bangsa yang sedang mengalami sejumlah masalah dan tanatangan dalam bidang ekonomi lingkungan politik, maupun sosial budaya," tutupnya.
Post a Comment