Pasukan Jepang memasuki Pekalongan hendak mengusai Indonesia melalui kekuatan militer yang dilawan oleh pejuang kemerdekaan yang ada di Pekalongan. |
Kota Pekalongan
Pertempuran hebat pecah di Pekalongan antara pejuang kemerdekaan melawan tentara pendudukan Jepang di Indonesia setelah diawali aksi heroik pemuda Rahayu dan Bismo menurunkan bendera matahari terbit dan menggantinya dengan sang saka merah putih. Dengan segala kekuatan dan semangat membara akhirnya para pejuang dan rakyat bisa mengalahkan bala tentara Jepang yang menduduki Pekalongan meski dengan pengorbanan nyawa ribuan pejuang Pekalongan. Peristiwa bersejarah yang dikenal dengan nama pertempuran 3 Oktober Pekalongan tersebut merupakan rangkaian dari drama teatrikal yang disuguhkan oleh Kodim 0710/Pekalongan dalam upacara perayaan Kemerdekaan ke-70 Republik Indonesia di Lapangan Mataram Kom plek Kantor Setda jalan Mataram Kota Pekalongan, Senin (17/8/15).
Komandan Kodim 0710/Pekalongan Letkol Inf Riza Anom Putranto kepada media yang meliput menegaskan bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia tidak diberikan oleh negara lain melainkan melalui perjuangan oleh para pendahulu kita atau para pahlawan kita.
Dandim 0710/Pekalongan Letkol Inf Riza Anom Putranto memeberikan keterangan seputar peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-70 di lapangan mataram, Senin (17/8/15) |
"Diharapkan dengan drama kolosal ini jiwa kita untuk bisa meneladani perjuangan para pahlawan yang telah gugur untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia, untuk bisa kita teruskan melalui pembangu nan-pembangunan di wilayah Kota dan Kabupaten Pekalongan,"ucap Dandim usai kegiatan acara.
Dandim juga menambahkan, drama kolosal tersebut merupakan gambaran peris tiwa yang dialami rakyat Pekalongan dalam berjuang melawan tentara Jepang atau yang dikenang sebagai peristiwa pertempuran 3 Oktober 1945.
"Terjadinya tanggal 3 Oktober 1945 dimana terjadi penurunan bende ra jepang oleh segala kekuatan yang ada di Pekalongan dan pada akhirnya tentara Jepang diusir dari bumi Pekalongan," ungkapnya.
Ditempat yang sama Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Kota/Kab Pekalongan yang juga sesepuh pejuang Pekalongan LS Tambunan menyampai kan, bahwa peristiwa itu benar-benar terjadi seperti yang digambarkan dalam adegan drama kolosal yang disajikan.
"Kami jadi teringat kembali kejadian masa itu. Peluru berdesingan dan suara bom mengegelegar di sekitar kami,"ujar Dia seraya merangkai kembali peristiwa yang dialami para pejuang waktu itu.
Dengan sedikit pergolakan batin dan sedikit menahan perasaan emosional tentang peristiwa yang dialami dulu, Ketua LVRI Pekalongan LS Tambunan kem bali mengisahkan perjuangan masa itu.
Sementara itu diketahui, aksi teatrikal yang menggambarkan peristiwa pertem puran 3 Oktober 1945 mendapat animo dan perhatian masyarakat yang dengan antusias menonton jalanya cerita. Ribuan orang memadati seputuran Lapangan Mataram Kota Pekalongan.
Sebagai pendukung drama kolosal melibatkan pelajar, mahasiswa dan Jajaran Kodim 0710/Pekalongan yang masing-masing berperan seperti gambaran peristiwa masa itu.
Post a Comment