Romo Sheko P.R |
Dalam khotbah sucinya, Romo Sheko P.R. mengangkat tema natal nasional tahun 2014 ini, yaitu “Berjumpa Dengan Allah Dalam Keluarga.” Beliau menghimbau dan mengajak umat Kristiani untuk menekuri diri, bahwa keluarga merupakan sebuah anugerah dari Allah. Penghayatannya mengacu pada suatu tindakan selalu menghadirkan Allah di dalam keluarga. Memaknai kelahiran Tuhan Yesus harus dihayati di dalam kehidupan keluarga, bukan 2.000 tahun yang lalu di Palestina. Beliau melanjutkan penjelasan rincinya bahwa, “Mengajak umat Kristiani untuk menciptakan situasi yang kondusif bagi terwujudnya suatu keluarga kudus dan bahagia, kalau dari istilah muslim itu sakinah, mawaddah, wa rohmah. Kebahagiaan ada di dalam keluarga, bukan di luar. Dengan demikian, keluarga yang lain akan ikut kecipratan imbas suri tauladan baiknya. ”
Pada satu wawancara terpisah, Romo Yeppy Emanuel P.R. menitikberatkan, “Suatu keluarga yang harmonis, memiliki ketahanan berbagi kasih sayang, dan kemampuan pemecahan masalah selalu dikembalikan pada kerukunan, akan menjadikan inspirasi bagi keluarga lainnya.”
Gereja Katolik Santo Petrus |
dengan terwakili oleh batiknya.” Beliau melanjutkan, “Yesus bukan lahir di tanah Timur Jauh sana. Allah lahir di lokal kita, sekarang, dan disini. Allah datang untuk memberi kedamaian bagi seluruh wilayah. Natal di Pekalongan adalah natal dengan nuansa khas batiknya.”
Terpaut hanya beberapa puluh meter dari pusat perhelatan akbar umat Kristiani ini, tepatnya di pelataran parkir Gereja Katolik Santo Petrus, para Pengurus DPP PAROKI Kota Pekalongan dan Panitia Perayaan Natal menerima kunjungan seorang ‘ulama kondang asli Pekalongan. Ketua I Slamet Subiyanto, Ketua II F Suprapto, Bendahara dr. Mario Anang, dan Ketua Panitia Natal Budi Setiawan terlibat pada suatu obrolan ringan bersama Habib Lutfi Bin Yahya. Mereka saling berbagi kebersamaan, bersama-sama menunjukkan penghargaan tinggi atas perlunya sikap bertoleransi dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Percakapan sederhana ‘ala orang asli Pekalongan, berisi seputar pokok-pokok bahasan yang lazim dilakukan antara dua orang sahabat. Terselip kelakar manakala obrolan harus dimulai dari filsafat pemaknaan ketela pohon hingga keseriusan menjunjung tinggi kerukunan antar golongan pada gaya hidup orang Pekalongan.
~Oleh: Arry Anand~
Post a Comment