googlesyndication.com

1 Comment
Kota Pekalongan-
Sumbangsih ilmu pengetahuan dan teknologi dalam dunia pendidikan masih di pandang bukan berasal dari perguruan tinggi berlabel islam akan tetapi berasal dari perguruan tinggi yang tak berlabel islam, seolah-olah islam dalam tataran praktis di lapangan tidak dianggap punya kontribusi terhadap perkembangan iptek di dunia.
Hal tersebut dikatakan Dede Ade Rohayana, Rektor Sekolah Tinggi Ilmu Agama islam (STAIN) Pekalongan ketika membuka acara seminar internasional yang diselenggarakan Program Pasca Sarjana STAIN Pekalongan di ruang pertemuan Hotel Dafam, Sabtu (5/12/14).
Semeninar yang mengambil tema Integrations of Knowledge of Islamic in Global Era, menghadirkan pemateri beberapa pemikir terkemuka dari beberapa perguruan tinggi ternama tiga negara, Indonesia, malaysia dan Brunai Darussalam.
Ade Rohayana menyoroti peran perguruan tinggi islam dalam menyikapi dikotomi ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum, menurut Ade, dikotomi ilmu dianggap penyebab tertinggalnya umat islam sekarang terhadap penguasaan ilmu teknologi karena menurut Ade, islam dikaji dan dipahami secara sempit.
Karena dalam sejarah islam di masa lalu, ilmu agama yang wajib, bisa bersanding dengan ilmu umum dalam berbagai bidang seperti, kedokteran, filsafat, matematika, astronomi dan sebagainya.
Para pemikir islam terdahulu begitu fasih menguasai ilmu agama sekaligus ilmu pengetahuan lainya yang begitu mendominasi peradapan umat manusia.



Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Ade Rohayana, Dr Makhrom Cholil Direktur Program Pasca Sarjana Stain Pekalongan mengungkapkan, dahulu banyak para ulama menguasai ilmu agama sekaligus ilmu pengetahuan umum berkaitan dengan teknologi
Menurut Makhrom ketika di tanya pekalongan-news.com di sela-sela berlangsungnya seminar mengatakan," STAIN ingin go internasional sehingga perlu menyiapkan generasi yang tafakoffidin, memahami pengetahuan agama yang bagus sekaligus menguasai ilmu umum."

Karena menurut makhrom umat islam sekarang banyak memiliki dan menguasai ilmu umum tapi tidak tafakoffidin atau menguasai ilmu agama secara baik, sehingga dirinya ingin memperjuangkan STAIN agar jadi IAIN bahkan kalau bisa UIN. Untuk itu ia telah menyiapkan langkah- langkah diantaranya membuka prodi-prodi baru.

" semua butuh proses tergantung yang di pusat terutama para pengambil kebijakan." katanya.

Lebih lanjut Makhrom menyampaikan, untuk mencapai itu semua ada aturan yang harus di perhatikan di antaranya sekolah tinggi islam tidak boleh menyelenggarakan pendidik di luar pendidikan islam.

" kita ingin tiru seperti yang di lakukan IAIN yang ada di Jakarta, Bandung dan Malang menjadi Universitas Islam Negri, setelah jadi universitas diharapkan tidak ada dikotomi ilmu sehingga cita-cita untuk melahirkan generasi arrosikun fil ilmi bisa terwujudkan." jelasnya.

Makhrom juga menambahkan, dengan di selenggarakan seminar internasional dengan tema inspiratif tersebut dapat menggugah kesadaran untuk melahirkan gagasan-gagasan  besar di kemudian hari.

Sementara itu di tempat yang sama Walikota Pekalongan yang datang menghadiri seminar tersebut kepada pekalongan-news menyampaiakan tiga hal penting yang menurutnya menarik, diantaranya berkali-kalinya Kota Pekalongan di percaya menyelenggarakan kegiatan seminar internasional, yang kedua menurutnya pengambilan tema yang sangat menarik, pengintegrasian kedua ilmu, ilmu agama dan ilmu umum, sebab katanya, dalam kondisi belum selesaianya persoalan dalam dunia pendidikan di indonesia terkait carut marutnya kebijakan dalam bidang pendidikan sebuah angin segar STAIN Pekalongan menyelenggarakan seminar internasional yang temanya pas dengan kondisi saat ini, Yang terakhir Walikota menyatakan bahwa apa yang di lakukan STAIN sungguh luar biasa, Dirinya berharap hal yang demikian harus terus didorong dan kalau semua benar merupakan sebuah kemajuan terutama di Kota Pekalongan.

Post a Comment

 
Top