googlesyndication.com

0 Comment
Prakarsa Tandang Lingkungan Masyarakat  Pekalongan
Pekalongan Peduli Loji

Suatu perhelatan insan-insan peduli lingkungan telah memulai langkah menepis paradigma skeptis dan menapak menuju kebertanggungjawaban kehidupan masa depan kotanya. Perekonomian Pekalongan yang harus bertumpu pada sektor industri batik mendesak para penggagas untuk segera mengambil tindakan antisipasi terhadap ancaman bencana lingkungan yang bisa ditimbulkan dari limbah pengolahan produksi batik. 


Ide awal berasal dari orang-orang asli Pekalongan yang tinggal di Jakarta, berkolaborasi dengan AJB (Aksi Jakarta Bersih), berupaya menciptakan suatu gerakan penanganan kebersihan terhadap Kali Loji. Seiring pembahasan, Kali Loji membutuhkan suatu aksi yang lebih daripada sekadar kegiatan aksidental (musiman). Melainkan suatu aksi yang berjangka panjang, berkesinambungan, dan terkandung partisipasi total penduduk Pekalongan. Baik dari masyarakat dari berbagai strata sosial, kalangan birokrasi pemerintahan, cerdik cendekia, aparat keamanan, dan pengusaha batik secara keseluruhan. Sehingga, Garu, Karung Plastik (ex beras, dll), Pengki bambu, Sapu Lidi, Sarung Tangan Plastik, dan Masker sudah tidak memungkinkan lagi menjadi alat sederhana pelengkap gerakan yang sesuai. Melainkan menuntut diadakannya alat-alat berat atau tambahan lainnya. Dari alat pengait khusus pengangkat carang rumpun bambu, unit sampan, tongkang penampung sampah, dan back hoe menjadi wacana selanjutnya. Dari wacana yang semestinya beraroma gerak sukarelawan semata menjadi terarah pada suatu keberpihakan pemerintah kota dalam mengakomodasi, sekaligus memfasilitasinya dalam suatu proyek terpadu yang didukung oleh APBD.

Dengan berbekal segala keterbatasan, personil yang berpartisipasi, wacana yang baru terpusat pada pengolahan limbah batik printing, waktu penyelenggaraan aksi yang cukup mendesak, kesempitan waktu pertemuan, kelangkaan agenda jenis kegiatan dan gagasan-gagasan penanganan sampah dan limbah-limbah selain pengolahan batik printing kiranya susunan kepantiaan terbentuk juga. Patut disyukuri pula bilamana para partisipan harus puas dengan kepanitiaan yang belum berlabel pasti, kecuali sedikit berbau latah, yaitu Aksi Pekalongan Bersih (APB). Meskipun demikian, para peserta pertemuan cukup lega ketika beberapa angin surga sempat berhembus di tengah diskusi serius. Pembahasan rancangan perundangan PPLH (Perda Penanganan Lingkungan Hidup) yang segera bisa diharapkan selesai pada Bulan Desember 2014, diungkapkan oleh Bp. Mufid dari anggota Komisi B DPRD Kota Pekalongan. Penuturan secara detail tentang pengolahan limbah batik printing secara gratis sebagai wujud sumbangsih Bp. Fatchur Rachman Noor. Kesediaan partisipasi penuh dan bedah peta penanganan kontaminasi dan pendangkalan Kali Loji oleh BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Bp. Hengky. Trend kepedulian lingkungan dari aparat setempat (Sat Brimob dan Kodim 0710).

Semoga terbentuk suatu kesatuan gambaran utuh tentang geliat masyarakat Pekalongan yang harus berupaya menemukan jati diri perekonomiannya dari pemberdayaan sektor perikanan, sektor industri tekstil, dan berujung kesempatan berkutat-berkiprah di industri batik. Ledakan atau pun penggalakan produksi batik tidak seharusnya tidak diikuti sikap ketidakpedulian akan tanggung jawab bersama terhadap efek negatif yang melekat pada munculnya permasalahan pembuangan limbah. Bila pun prakarsa penanganannya diawali melalui sentuhan lingkungan dari pihak-pihak yang berada di luar kegiatan produksi batik, akankah para pihak-pihak yang berkepentingan langsung tetap berlepas tangan dari partisipasi minimal yang sangat diharapkan? Terlepas dari tindakan saling tuding meletakkan kesalahan, siapapun anggota masyarakat Pekalongan diharapkan berkenan memberikan dukungan bagi terciptanya disiplin pembudayaan gerakan kali bersih. 
Tidak selayaknya penggalangan dana atau anggaran sebagai praduga persangkaan yang menghela langkah dukungan seluruh anggota masyarakat. Seiring zaman yang sedang berubah, duduk bersama dalam satu meja merupakan ujud mengembalikan budaya kegotong-royongan yang sempat mengalami kemunduran pada beberapa waktu ini. Hanya kebersamaan semata lah yang mampu mengenali dan menyikapi gerakan jangka panjang Kali Loji Bersih, demi mewujudkan yang tadinya hanya berupa suatu gagasan terbatas menjadi tindakan nyata.
“Saiyeg saeka proyo”
“Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul”

By: Arry Anand

Post a Comment

 
Top