googlesyndication.com

0 Comment
Jembatan

Sudah selayaknya melakukan perjalanan jauh dengan menggunakan kendaraan bermotor, mendambakan kenyamanan berkendara. 
Kalau pun tak harus menapak alur aspal yang mulus, jalan yang tidak bergelombang atau kerapian tambalan-tambalan jalan, setidaknya tidak harus melakukan refleksi mendadak dalam mengoperasikan rem dan kecekatan dalam mengemudikan setir. 
Meski secara normatif jalan tol merupakan alur jalan yang mulus sekaligus datar, tapi tidak menutup kemungkinan karakter khas jalan yang penuh dengan keluhan.
Sentuhan Kenyamanan Dan Keamanan Bangunan Jembatan
Bangunan Jembatan
Apapun keluhan tentang kondisi jalan orang bisa berseloroh dengan beralasan bahwa demikianlah hidup di negara berkembang. 
Adakah yang merasa yakin bahwa argumen tersebut cukup masuk akal ketika keadaan-keadaan yang tidak seluruhnya dan secara merata ditemui di beberapa Daerah Tingkat I dan Tingkat II di Pulau Jawa.

Di seantero wilayah Propinsi Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta terlihat upaya pemerintah setempat dalam menyajikan sarana jalan yang berkondisi sebaik mungkin. 
Demi tidak untuk berpanjang lebar membahas tentang kontur jalan, boleh diacungi jempol manakala mereka secara intensif  menangani setiap bangunan jembatan. 

Sangat kentara sekali Profesionalisme yang ditunjukkan para penanggung jawabnya, khususnya dalam menggarap bagian-bagian bangunan jembatan, seperti: sambungan antara alur jalan dan ujung paling tepi jembatan, dan sambungan antar beton cor-coran jalan di badan jembatan.

Sambungan antara alur jalan dengan ujung paling tepi bangunan jembatan hampir tidak membentuk suatu sudut ataupun kurva. 
Dapat dibayangkan bagi roda apapun, dengan muatan berapa ton pun, dengan kecepatan berapa km/jam pun betapa sangat nyaman mendaratkan tapaknya guna melewati jembatan itu. Alangkah mulianya suatu upaya yang memberikan keamanan menepis kemungkinan resiko patahnya as roda, bocornya shockbreaker, atau bahkan membenturkan kepala setiap penumpang ke atap kabin kendaraan.

Sambungan antara beton cor-coran di badan jembatan terkadang menyisakan suatu bidang sela sekitar 5 cm. Penggunaan plat besi merata di kedua sisi sela tersebut disertai penyematan semacam bantalan karet sangat memuluskan suara yang ditimbulkan dari setiap ban yang melangkahinya, dan mengurangi guncangan berarti pada body kendaraan.
Kekhasan sentuhan pada bangunan jembatan ini banyak ditemukan di Propinsi Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebaliknya, sangat langka dan semakin parah di propinsi selain keduanya. Keterparahan diwakili bangunan-bangunan jembatan di sepanjang jalan pantura  sepanjang dimulainya Propinsi Jawa Tengah hingga Propinsi Jawa Barat.

Mungkin sempat timbul pertanyaan, ada apakah sebenarnya dengan fenomena yang terlihat janggal pada bangunan jembatan ini? Apakah melulu berkaitan dengan profesionalisme para kontraktor pembuatnya? Ketiadaperdulian para penanggung jawabnya? Atau adakah alasan-alasan penyiapan konstruksi selanjutnya? Terlepas dari pertanyaan-pertanyaan yang tak mungkin ditemukan jawaban valid tersebut, secara umum masyarakat pengguna sarana jembatan lebih membutuhkan sarana yang mengikuti Standard Operational Procedure (SOP) safety atau keamanan. Dan, mereka pun berhak penuh mendapatkannya manakala pajak kendaraan bermotor merupakan kepastian biaya yang telah mereka bayar terlebih dahulu.

Arry Anand (Pekalongan-news)










Post a Comment

 
Top