Pekalongannews, Kota Pekalongan - Suasana di Balai Latihan Kerja (BLK) Kota Pekalongan tampak sibuk sejak pagi, Senin (3/11/2025). Dari ruang tata boga tercium aroma roti hangat, sementara di sisi lain suara mesin espresso barista bersahutan. Di bengkel otomotif, deru mesin sepeda motor terdengar silih berganti. Ratusan peserta tampak serius mengikuti Uji Kompetensi (UJK) tahap II program Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) tahun ini.
Sebanyak 144 peserta dari sembilan program kejuruan mengikuti kegiatan tersebut di Gedung BLK Pekalongan. Mereka merupakan peserta pelatihan tahap II yang telah menyelesaikan masa pembelajaran dan kini diuji untuk mendapatkan sertifikat kompetensi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).
Kepala BLK Kota Pekalongan, Helmy Hendarsyah, menjelaskan bahwa UJK kali ini mencakup sembilan bidang keahlian, antara lain pembuatan kue dan roti, listrik otomasi (PLC), service handphone, barista, menjahit, make up artist (MUA), perbengkelan sepeda motor dan mobil, serta Practical Office Advance (POA).
“Uji kompetensi ini menjadi tahap penting bagi peserta setelah menyelesaikan pelatihan. Hasilnya akan menentukan apakah mereka dinyatakan kompeten atau belum,” jelas Helmy.
Setiap program diikuti oleh 16 peserta. Proses uji dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu teori, praktik, dan wawancara.
“Hasil akhir nantinya akan menjadi dasar penerbitan sertifikat kompetensi oleh BNSP,” tambahnya.
Helmy mengatakan BLK Pekalongan terus memperkuat sinergi dengan dunia industri agar peserta memiliki peluang kerja lebih luas.
“Kami sudah bekerja sama dengan 19 perusahaan di Kota Pekalongan dan sekitarnya. Saat ini, peserta pelatihan tahap I sedang menjalani On the Job Training (OJT) di perusahaan-perusahaan tersebut,” ujarnya.
Kerja sama ini, kata dia, diharapkan dapat membantu mempercepat penyerapan tenaga kerja lokal dan memastikan lulusan BLK siap bersaing di dunia industri.
Asesor dari Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) BBPVP Semarang, Mifathu Imal Hakim, menilai kemampuan peserta BLK Pekalongan mengalami peningkatan signifikan. “Penilaian kami mencakup dua aspek, yaitu pengetahuan dan keterampilan. Untuk program POA misalnya, kami menilai kemampuan peserta dalam menggunakan Excel secara efektif,” katanya.
Menurut Mifathu, para peserta menunjukkan kualitas yang cukup baik.
“Instruktur di BLK Pekalongan sudah tersertifikasi, jadi metode pembelajaran yang diberikan juga sudah sesuai dengan kebutuhan industri,” ujarnya.
Setelah uji kompetensi selesai, peserta akan menunggu hasil rekomendasi asesor untuk menentukan status kelulusan.
“Peserta yang dinyatakan kompeten akan menunggu sidang pleno sebelum sertifikat diterbitkan oleh BNSP. Biasanya proses ini sekitar satu bulan,” jelas Mifathu.
Ia menambahkan, sertifikat kompetensi menjadi modal penting bagi peserta untuk bersaing di pasar kerja.
“Sertifikat BNSP adalah pengakuan resmi secara nasional. Dengan sertifikat ini, peserta memiliki nilai tambah ketika melamar pekerjaan,” katanya.
Di antara aroma roti yang baru matang dan deru mesin di bengkel, semangat peserta UJK BLK Pekalongan terasa nyata. Mereka tak hanya diuji keterampilan, tapi juga kesiapan menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya.
Sebanyak 144 peserta dari sembilan program kejuruan mengikuti kegiatan tersebut di Gedung BLK Pekalongan. Mereka merupakan peserta pelatihan tahap II yang telah menyelesaikan masa pembelajaran dan kini diuji untuk mendapatkan sertifikat kompetensi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).
Kepala BLK Kota Pekalongan, Helmy Hendarsyah, menjelaskan bahwa UJK kali ini mencakup sembilan bidang keahlian, antara lain pembuatan kue dan roti, listrik otomasi (PLC), service handphone, barista, menjahit, make up artist (MUA), perbengkelan sepeda motor dan mobil, serta Practical Office Advance (POA).
“Uji kompetensi ini menjadi tahap penting bagi peserta setelah menyelesaikan pelatihan. Hasilnya akan menentukan apakah mereka dinyatakan kompeten atau belum,” jelas Helmy.
Setiap program diikuti oleh 16 peserta. Proses uji dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu teori, praktik, dan wawancara.
“Hasil akhir nantinya akan menjadi dasar penerbitan sertifikat kompetensi oleh BNSP,” tambahnya.
Helmy mengatakan BLK Pekalongan terus memperkuat sinergi dengan dunia industri agar peserta memiliki peluang kerja lebih luas.
“Kami sudah bekerja sama dengan 19 perusahaan di Kota Pekalongan dan sekitarnya. Saat ini, peserta pelatihan tahap I sedang menjalani On the Job Training (OJT) di perusahaan-perusahaan tersebut,” ujarnya.
Kerja sama ini, kata dia, diharapkan dapat membantu mempercepat penyerapan tenaga kerja lokal dan memastikan lulusan BLK siap bersaing di dunia industri.
Asesor dari Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) BBPVP Semarang, Mifathu Imal Hakim, menilai kemampuan peserta BLK Pekalongan mengalami peningkatan signifikan. “Penilaian kami mencakup dua aspek, yaitu pengetahuan dan keterampilan. Untuk program POA misalnya, kami menilai kemampuan peserta dalam menggunakan Excel secara efektif,” katanya.
Menurut Mifathu, para peserta menunjukkan kualitas yang cukup baik.
“Instruktur di BLK Pekalongan sudah tersertifikasi, jadi metode pembelajaran yang diberikan juga sudah sesuai dengan kebutuhan industri,” ujarnya.
Setelah uji kompetensi selesai, peserta akan menunggu hasil rekomendasi asesor untuk menentukan status kelulusan.
“Peserta yang dinyatakan kompeten akan menunggu sidang pleno sebelum sertifikat diterbitkan oleh BNSP. Biasanya proses ini sekitar satu bulan,” jelas Mifathu.
Ia menambahkan, sertifikat kompetensi menjadi modal penting bagi peserta untuk bersaing di pasar kerja.
“Sertifikat BNSP adalah pengakuan resmi secara nasional. Dengan sertifikat ini, peserta memiliki nilai tambah ketika melamar pekerjaan,” katanya.
Di antara aroma roti yang baru matang dan deru mesin di bengkel, semangat peserta UJK BLK Pekalongan terasa nyata. Mereka tak hanya diuji keterampilan, tapi juga kesiapan menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya.



No comments:
Post a Comment