![]() |
gambar ilustrasi |
Banyak pelaku industri masih bertahan dengan pendekatan lama—seperti iklan konvensional dan pameran properti fisik—padahal konsumen kini telah berubah drastis, terutama generasi muda dan keluarga baru.
Video "Viral Based Policy & Testing the Waters" dari kanal IntrigueRK menyajikan perspektif menarik mengenai cara baru yang lebih relevan untuk menyikapi perubahan ini.
“Viral Based Policy” mengacu pada strategi pembuatan kebijakan atau produk yang berakar dari respons dan partisipasi masyarakat. Bukan sekadar menebak-nebak kebutuhan pasar, pendekatan ini mengandalkan data riil, tren digital, dan interaksi konsumen sebagai dasar pengambilan keputusan.
Alih-alih membuat produk dan berharap konsumen akan menyukainya, strategi ini mengajak pelaku industri untuk mengamati, mendengar, dan bereksperimen terlebih dahulu. Apakah sebuah desain rumah mendapat sambutan positif di media sosial? Apakah ada tren hunian yang mulai naik di komunitas digital? Data inilah yang seharusnya menjadi acuan.
Selaras dengan prinsip lean startup, “Testing the Waters” adalah pendekatan untuk melakukan uji coba produk dalam skala kecil sebelum menggelontorkannya ke pasar secara besar-besaran. Dalam konteks properti, ini bisa berarti menawarkan prototipe rumah atau konsep hunian lewat digital marketing, melihat minat konsumen, dan menyesuaikan desain sesuai umpan balik.
Dengan metode ini, risiko gagal dapat ditekan, karena setiap keputusan bisnis didasarkan pada data dan validasi pasar yang konkret.
Salah satu tantangan utama yang diangkat dalam video adalah menurunnya minat beli rumah dari keluarga muda. Mereka bukan tak ingin punya rumah, namun faktor-faktor seperti:
- harga yang tak terjangkau,
- lokasi yang jauh dari pusat aktivitas,
- serta prioritas gaya hidup dan fleksibilitas,
- membuat keputusan membeli rumah menjadi tertunda.
Banyak dari mereka lebih memilih menyewa, tinggal bersama keluarga, atau memilih gaya hidup nomaden digital yang lebih bebas.
Untuk bertahan, pelaku industri properti harus mengubah cara pemasaran: beralih ke digital marketing yang menyentuh gaya hidup anak muda (konten interaktif, media sosial, influencer).
Mendesain ulang produk: bukan rumah besar dengan pekarangan luas, tetapi unit kecil yang fungsional, strategis, dan ramah digital.
Industri properti tak bisa lagi bergantung pada cara lama. Konsumen kini cerdas, kritis, dan digital-native. Mereka ingin dilibatkan, bukan dijual. Dengan menerapkan strategi “viral based policy” dan “testing the waters”, pelaku bisnis dapat menciptakan produk dan kebijakan yang bukan hanya relevan, tapi juga dibutuhkan dan diinginkan oleh pasar.
No comments:
Post a Comment