Pekalongannews. Jakarta - Pasar saham global babak belur! Kebijakan tarif resiprokal (timbal balik) Presiden AS Donald Trump menghantam lebih dari 160 negara, termasuk Indonesia. Akibatnya, mayoritas bursa saham dunia berakhir di zona merah. Bahkan, Wall Street kehilangan kapitalisasi pasar senilai lebih dari Rp80.000 triliun dalam dua hari perdagangan pasca-pengumuman Trump.
Indeks Nasdaq, yang dipenuhi saham-saham teknologi raksasa dunia, dan bursa Argentina tercatat merosot hingga 12% dalam seminggu—menjadi yang terburuk di antara rata-rata pasar saham global.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat tercatat hijau jelang libur Lebaran. Namun, ketika pasar buka besok, Selasa (8/4/2025), bukan tidak mungkin IHSG terjun bebas—bahkan berpotensi kena trading halt lagi!
Selama 11 hari libur Lebaran, sejumlah sentimen negatif mengintai dan berpotensi menghantam IHSG. Berikut ulasannya:
1. Tarif Resiprokal Trump Gegerkan Dunia, Perang Dagang Dimulai!
Era perdagangan bebas tampaknya berakhir! Trump resmi memberlakukan tarif impor dasar 10% untuk semua produk masuk AS, plus tarif lebih tinggi untuk puluhan negara.
China kena 34%,Uni Eropa 20%,Korea Selatan 25%,Jepang 24%,Taiwan 32%
Tak hanya itu, AS juga mengenakan tarif khusus untuk negara yang dituding praktik perdagangan tidak adil, seperti India, Vietnam, dan Uni Eropa—dengan besaran sekitar separuh dari tarif yang mereka terapkan ke produk AS.
China langsung balas dendam! Kementerian Perdagangan Negeri Tirai Bambu itu memberlakukan tarif 34% untuk semua produk AS. Langkah ini bikin investor kecewa, karena sebelumnya diharapkan kedua negara bakal berunding dulu.
Kebijakan proteksionisme Trump menandai dimulainya perang dagang baru yang bisa mengguncang pertumbuhan ekonomi global.
2. Indeks Ketakutan (VIX) Melejit, Hampir Sentuh Level Pandemi Covid-19!
Kebijakan Trump bikin pasar panik! Indeks VIX—yang mengukur ketakutan investor—melonjak lebih dari 50% dalam sehari. Dalam sepekan terakhir, indeks ini bahkan sudah naik 80% ke level 40!
Kenaikan VIX yang terlalu cepat jadi sinyal bahwa pelaku pasar khawatir tarif Trump bakal picu inflasi tinggi, bahkan resesi hingga krisis ekonomi. Ingat, VIX bergerak berlawanan dengan pasar saham—jika VIX naik, bursa saham berpotensi tertekan lebih dalam!
3. Resesi AS Makin Nyata, Bank-Bank Global Warning!
JPMorgan memperingatkan, tarif Trump bisa picu resesi global! Jika kebijakan itu benar-benar berlaku, risiko resesi melonjak dari 40% menjadi 60% sebelum akhir 2025.
S&P Global naikkan probabilitas resesi AS jadi 30-35% (dari 25%),Goldman Sachs perkirakan kemungkinan resesi naik jadi 35% (dari 20%),HSBC bilang pasar saham sudah priced in resesi 40%.,Bank-bank seperti Barclays, UBS, dan Deutsche Bank juga memprediksi pertumbuhan ekonomi AS bakal melambat drastis, bahkan berpotensi kontraksi.
4. Rupiah di Pasar Luar Negeri Tembus Rekor Terlemah Sepanjang Masa!
Rupiah semakin terpuruk di pasar luar negeri! Berdasarkan data Refinitiv, pada Minggu (6/4/2025), kurs rupiah di pasar NDF (Non-Deliverable Forward) menyentuh Rp17.059/US$—level terlemah sepanjang sejarah!
Padahal, sebelum libur Lebaran (27/3/2025), rupiah masih bertahan di Rp16.555/US$. Artinya, ketika pasar spot dibuka pekan ini, rupiah berpotensi melemah signifikan!
Pasar NDF—yang diperdagangkan di Singapura, Hong Kong, dan New York—sering mempengaruhi psikologis pasar spot. Jadi, pelemahan di NDF bisa jadi pertanda buruk untuk rupiah dalam negeri.
Nah, siap-siap! Besok pasar saham Indonesia kembali dibuka, dan gejolak global bisa bikin IHSG tersungkur. Jangan sampai kaget!
Indeks Nasdaq, yang dipenuhi saham-saham teknologi raksasa dunia, dan bursa Argentina tercatat merosot hingga 12% dalam seminggu—menjadi yang terburuk di antara rata-rata pasar saham global.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat tercatat hijau jelang libur Lebaran. Namun, ketika pasar buka besok, Selasa (8/4/2025), bukan tidak mungkin IHSG terjun bebas—bahkan berpotensi kena trading halt lagi!
Selama 11 hari libur Lebaran, sejumlah sentimen negatif mengintai dan berpotensi menghantam IHSG. Berikut ulasannya:
1. Tarif Resiprokal Trump Gegerkan Dunia, Perang Dagang Dimulai!
Era perdagangan bebas tampaknya berakhir! Trump resmi memberlakukan tarif impor dasar 10% untuk semua produk masuk AS, plus tarif lebih tinggi untuk puluhan negara.
China kena 34%,Uni Eropa 20%,Korea Selatan 25%,Jepang 24%,Taiwan 32%
Tak hanya itu, AS juga mengenakan tarif khusus untuk negara yang dituding praktik perdagangan tidak adil, seperti India, Vietnam, dan Uni Eropa—dengan besaran sekitar separuh dari tarif yang mereka terapkan ke produk AS.
China langsung balas dendam! Kementerian Perdagangan Negeri Tirai Bambu itu memberlakukan tarif 34% untuk semua produk AS. Langkah ini bikin investor kecewa, karena sebelumnya diharapkan kedua negara bakal berunding dulu.
Kebijakan proteksionisme Trump menandai dimulainya perang dagang baru yang bisa mengguncang pertumbuhan ekonomi global.
2. Indeks Ketakutan (VIX) Melejit, Hampir Sentuh Level Pandemi Covid-19!
Kebijakan Trump bikin pasar panik! Indeks VIX—yang mengukur ketakutan investor—melonjak lebih dari 50% dalam sehari. Dalam sepekan terakhir, indeks ini bahkan sudah naik 80% ke level 40!
Kenaikan VIX yang terlalu cepat jadi sinyal bahwa pelaku pasar khawatir tarif Trump bakal picu inflasi tinggi, bahkan resesi hingga krisis ekonomi. Ingat, VIX bergerak berlawanan dengan pasar saham—jika VIX naik, bursa saham berpotensi tertekan lebih dalam!
3. Resesi AS Makin Nyata, Bank-Bank Global Warning!
JPMorgan memperingatkan, tarif Trump bisa picu resesi global! Jika kebijakan itu benar-benar berlaku, risiko resesi melonjak dari 40% menjadi 60% sebelum akhir 2025.
S&P Global naikkan probabilitas resesi AS jadi 30-35% (dari 25%),Goldman Sachs perkirakan kemungkinan resesi naik jadi 35% (dari 20%),HSBC bilang pasar saham sudah priced in resesi 40%.,Bank-bank seperti Barclays, UBS, dan Deutsche Bank juga memprediksi pertumbuhan ekonomi AS bakal melambat drastis, bahkan berpotensi kontraksi.
4. Rupiah di Pasar Luar Negeri Tembus Rekor Terlemah Sepanjang Masa!
Rupiah semakin terpuruk di pasar luar negeri! Berdasarkan data Refinitiv, pada Minggu (6/4/2025), kurs rupiah di pasar NDF (Non-Deliverable Forward) menyentuh Rp17.059/US$—level terlemah sepanjang sejarah!
Padahal, sebelum libur Lebaran (27/3/2025), rupiah masih bertahan di Rp16.555/US$. Artinya, ketika pasar spot dibuka pekan ini, rupiah berpotensi melemah signifikan!
Pasar NDF—yang diperdagangkan di Singapura, Hong Kong, dan New York—sering mempengaruhi psikologis pasar spot. Jadi, pelemahan di NDF bisa jadi pertanda buruk untuk rupiah dalam negeri.
Nah, siap-siap! Besok pasar saham Indonesia kembali dibuka, dan gejolak global bisa bikin IHSG tersungkur. Jangan sampai kaget!
No comments:
Post a Comment