-->

Klinik Omsa Layani Kesehatan Gratis Saat Paskah di Bali: Misi Kesehatan Menembus Sekat Agama

arya pekalongan news
Monday, April 21, 2025, April 21, 2025 WIB Last Updated 2025-04-21T20:10:03Z
Klinik Omsa Layani Kesehatan Gratis Saat Paskah di Bali: Misi Kesehatan Menembus Sekat Agama
Klinik Omsa Denpasar, Bali, turut buka layanan gratis di perayaan paskah
Pekalongannews, Denpasar – Klinik Omsa bukan hanya datang bawa tensimeter, tapi juga pesan kemanusiaan lintas iman yang bikin hati hangat di tengah perayaan Paskah.

Dalam hiruk-pikuk dua misa besar Paskah di Denpasar dan Badung, Bali, ada satu pemandangan yang tak biasa: tim medis Klinik Omsa hadir bukan sekadar sebagai petugas kesehatan, tapi sebagai jembatan kasih sayang antarumat beragama.

Perayaan Misa Jumat Agung di Gereja Tritunggal Maha Kudus, Dalung pada 18 April 2025, dan Misa Paskah di Gereja Santo Fransiskus Xaverius, Kuta, 20 April 2025, menjadi saksi kehadiran mereka.

Mereka datang tanpa pamrih, menyuguhkan layanan cek kesehatan gratis, membagikan vitamin, hingga menyuplai obat-obatan ringan bagi jemaat, panitia, dan petugas keamanan yang mulai kelelahan.

“Kami sangat terbantu dengan kehadiran Klinik Omsa. Mereka bukan cuma cek kesehatan, tapi juga respons cepat saat ada yang pingsan karena cuaca panas,” ungkap Yogi Natan, Ketua Panitia Paskah Gereja Dalung, dengan nada lega.

Pos medis Omsa menjadi tempat berlindung di tengah padatnya misa dan kegiatan ibadah.

dr. Ayu Hakim, yang bertugas sebagai penanggung jawab tim medis, menegaskan bahwa niat mereka bukan sekadar formalitas.

“Kami bukan hanya datang untuk menjalankan SOP, tapi untuk memastikan umat bisa beribadah dengan tenang tanpa khawatir kesehatan terganggu,” ujarnya sambil sibuk memantau tekanan darah salah satu jemaat lansia.

Tak sedikit aparat keamanan yang menyempatkan diri mampir untuk sekadar mengoles balsem atau mengompres kepala, karena stamina memang diuji saat pengamanan perayaan sebesar ini.

Yang bikin makin menarik, tim medis yang diterjunkan adalah gabungan dari beragam latar belakang: ada yang Muslim, Hindu, Kristen, dan Buddha.

Satu membantu memegang bahu pasien, satu lagi menyiapkan air minum—semuanya bekerja tanpa perlu bertanya agama.

Andrew Pranata, General Manager Klinik Omsa menyebut keberagaman ini sebagai kekuatan.

“Kami ingin membuktikan bahwa pelayanan kesehatan bisa jadi medium nyata persatuan, bukan hanya intervensi medis kering tanpa rasa,” ucapnya lugas.

Pesan Bhinneka Tunggal Ika terasa hidup, bukan sekadar slogan di dinding.

Bukan Sekali Ini Saja Kegiatan ini bukan one-time show.

Klinik Omsa sudah punya rekam jejak panjang aksi kemanusiaan lintas agama.

Sebelumnya, mereka juga hadir di Pura Besakih saat Karya Ida Bhatara Turun Kabeh, bahkan hingga ke Karangasem melayani ribuan umat Hindu yang memadati pelataran pura.

Saat Idul Adha nanti, mereka akan membuka pos medis di Masjid Agung Sudirman, Denpasar.

Bagi Omsa, tempat ibadah apapun pantas jadi tempat pelayanan kesehatan.

Di tengah dunia medis yang makin kapitalistik, langkah Klinik Omsa terasa seperti oase. Mereka tak datang untuk branding, tak mencari panggung.

Mereka hadir untuk menunjukkan bahwa kesehatan adalah hak dasar yang tak boleh terhalang oleh batasan keyakinan, identitas, maupun domisili.

“Kami melayani, bukan mendominasi. Itu prinsip yang kami pegang sejak awal berdiri,” tutup Andrew, sembari membagikan masker kepada anak-anak gereja yang sibuk membereskan altar.

Saat banyak bicara soal toleransi hanya dalam forum diskusi, Klinik Omsa sudah melakukannya di lapangan.

Dengan tensimeter di satu tangan, dan empati di sisi lainnya.





Komentar

Tampilkan

No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *

TERKINI