Pekalongannews, Batang - Hujan deras yang mengguyur Kecamatan Batang Kota sejak Rabu (29/2) menyebabkan banjir di sejumlah titik. Dampaknya, belasan sekolah terpaksa menghentikan kegiatan belajar mengajar (KBM) secara tatap muka dan beralih ke pembelajaran jarak jauh pada Kamis (30/1/2024).
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Batang, Bambang Suryantoro S, mengatakan bahwa kondisi banjir yang merendam beberapa sekolah membuat pihaknya mengambil keputusan tersebut demi keselamatan siswa dan tenaga pendidik.
"Dari laporan yang kami terima, ada sekitar 12 sekolah yang terdampak. Beberapa sudah tergenang sejak semalam, sehingga langsung meliburkan kegiatan di sekolah. Ada juga yang harus memulangkan siswa karena situasi tidak memungkinkan untuk belajar," kata Bambang, Kamis (30/1/2024).
Berdasarkan data Disdikbud Batang, terdapat 13 sekolah yang menerapkan pembelajaran dari rumah, di antaranya SDN Karangasem 5, SDN Karangasem 11, SDN Denasri Kulon 2, SDN Klidanglor, SDN Karangasem 1, SDN Karangasem 2, SDN Karangasem 3, SDN Karangasem 8, SDN Karangasem 9, SDN Kauman 7, SDN Proyonanggan 5, SDN Proyonanggan 9, serta SMPN 9 Batang.
Bambang menegaskan bahwa kebijakan tersebut sudah mendapatkan persetujuan dari pihaknya.
"Kami memahami langkah yang diambil sekolah demi keselamatan siswa. Pembelajaran jarak jauh adalah solusi terbaik dalam kondisi seperti ini. Kami harap orang tua juga dapat mendampingi anak-anak saat belajar dari rumah," ujarnya.
Sejak memasuki musim hujan, Disdikbud Batang telah mengimbau seluruh SD dan SMP untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan menghadapi bencana.
"Keselamatan anak dan guru adalah prioritas utama. Jika terjadi banjir, langkah pertama yang harus diambil adalah memastikan mereka dalam kondisi aman. Selanjutnya, baru memperhatikan sarana, prasarana, serta aspek teknologi informasi untuk mendukung pembelajaran jarak jauh," tegas Bambang.
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala SDN Proyonanggan 5 Batang, Hartono S.Pd, menjelaskan bahwa keputusan untuk menerapkan pembelajaran dari rumah diambil setelah mempertimbangkan kondisi lingkungan sekolah yang tergenang banjir.
"Sejak Subuh kami memantau situasi melalui grup komunikasi sekolah. Dari pantauan CCTV dan laporan penjaga sekolah, halaman sekolah sudah terendam air, dan akses jalan menuju sekolah tergenang hingga setinggi lutut. Karena itu, kami sepakat untuk menerapkan pembelajaran dari rumah (BDR)," tutur Hartono.
Meski demikian, para guru tetap hadir di sekolah untuk memberikan tugas kepada siswa secara daring. Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan faktor keselamatan siswa dan tenaga pengajar, mengingat hujan deras disertai angin kencang diprediksi masih akan terjadi dalam beberapa hari ke depan.
Post a Comment