googlesyndication.com

0 Comment
Revolusi Baterai Mobil Listrik: Wuling, BYD, dan Tesla Pilih LFP Tanpa Nikel
Pekalongannews - Mobil listrik semakin menjadi pilihan utama di tengah kebutuhan akan transportasi ramah lingkungan. 

Di Indonesia, pasar mobil listrik semakin berkembang, dan baterai menjadi salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan. Salah satu jenis baterai yang menjadi sorotan adalah Lithium Ferro-Phosphate (LFP). Berbeda dengan jenis lainnya yang menggunakan nikel sebagai komponen utama, LFP menawarkan sejumlah keunggulan yang patut dipertimbangkan.

Baterai mobil listrik berbahan LFP memiliki sejumlah keunggulan yang menarik. Wuling, salah satu pabrikan mobil listrik yang hadir di Indonesia, menggunakan teknologi ini pada produk-produknya seperti Wuling Air EV dan Binguo EV. Salah satu keunggulan utama LFP adalah jangka pakainya yang panjang. 

Baterai jenis ini juga dikenal memiliki daya tahan terhadap suhu tinggi, yang membuatnya cocok untuk digunakan di iklim tropis seperti di Indonesia.

Perlu dicatat bahwa performa baterai LFP juga patut diacungi jempol. Wuling Binguo EV dan Air EV, yang menggunakan baterai LFP, menawarkan jarak tempuh yang cukup baik. Misalnya, Wuling Binguo EV varian long range dapat menempuh jarak hingga 410 km dengan kapasitas baterai 37,9 kWh. 

Sementara itu, Wuling Air EV mampu mencapai jarak tempuh 300 km dengan kapasitas baterai 26,7 kWh. Keandalan baterai LFP juga teruji melalui sertifikasi IP67 yang menunjukkan ketahanannya terhadap air dan debu.

Aspek keselamatan juga menjadi fokus dalam penggunaan baterai mobil listrik. Baterai LFP dari Wuling telah diuji untuk mengatasi benturan keras saat berjalan serta tabrakan dengan akselerasi maksimum. 

Bahkan, baterai tersebut dapat bertahan dalam kondisi terendam selama lebih dari 30 menit, menunjukkan kemampuannya dalam menghadapi kondisi ekstrem seperti hujan dan banjir. Selain itu, tegangan seluler yang relatif stabil selama penggunaan dan kemampuan bertahan hingga ribuan siklus pengisian daya menjadi nilai tambah dari baterai jenis ini.

Meskipun memiliki sejumlah keunggulan, baterai LFP juga memiliki kelemahan, terutama dalam hal jarak tempuh jika dibandingkan dengan baterai berbahan dasar nikel. Namun, hal ini menjadi pertimbangan yang wajar mengingat keunggulan lain yang dimiliki baterai LFP, seperti daya tahan dan keselamatan.

Tidak hanya Wuling, pabrikan lain seperti BYD juga memanfaatkan teknologi baterai serupa. BYD telah meluncurkan beberapa model mobil listrik di Indonesia yang menggunakan baterai LFP. Teknologi terbaru dari BYD, yang diistilahkan sebagai ‘Blade Battery’, menawarkan struktur pack baterai yang lebih optimal, meningkatkan pemanfaatan ruang dan daya tahannya.

Pergeseran tren penggunaan baterai yang dikemukakan oleh pabrikan besar seperti Tesla juga berpotensi membawa dampak signifikan bagi industri mobil listrik di Indonesia. 

Ketergantungan terhadap baterai berbasis nikel dapat menghadirkan tantangan baru, terutama dalam persaingan harga dan pasokan bahan baku. Namun, hal ini juga membuka peluang untuk kolaborasi lebih lanjut dalam pengembangan teknologi baterai yang lebih ramah lingkungan dan efisien.

Post a Comment

 
Top