Pekalongannews, Batang - Tumpukan sampah yang terus bertambah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Randukuning, Tegalsari, telah menjadi permasalahan yang memprihatinkan. Hingga saat ini, upaya yang dilakukan untuk mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA ini terus diintensifkan, mengingat setiap harinya sampah mencapai hingga 115 ton, Sabtu 4 November 2023.
Keprihatinan muncul karena potensi dampak negatif yang mungkin terjadi jika masalah ini tidak segera diatasi. Salah satu dampaknya adalah kapasitas ruang TPA yang sudah tidak mencukupi lagi, seiring dengan bertambahnya tumpukan sampah. Selain itu, lingkungan sekitar juga terancam menghadapi masalah kesehatan akibat pembuangan sampah yang semakin meluas.
Menurut Nur Handayanti, Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Persampahan, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Batang, TPA Randukuning telah dibangun sejak tahun 1995 dengan kapasitas awal sekitar 53 ribu meter kubik. Namun, saat ini, tumpukan sampah di tempat ini telah mencapai dua kali lipat dari kapasitas semula.
"Nampaknya, kapasitas TPA Randukuning hanya dapat bertahan hingga 6 bulan ke depan jika tidak ada tindakan pengurangan sampah dari sumbernya," ungkap Nur Handayanti saat ditemui di TPA Randukuning pada Jumat, 3 November 2023.
Sementara itu, Teguh Santoso, Kepala Bidang Pengolahan Sampah dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) DLH Batang, menjelaskan bahwa saat ini DLH sedang berusaha untuk meminta dukungan dari pemerintah pusat guna memfasilitasi pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) baru. Upaya ini akan diimbangi dengan optimalisasi TPA Randukuning yang sudah ada.
"Kami berharap agar pada tahun 2024 hingga 2025 akan ada kejelasan mengenai anggaran dan realisasi dari pemerintah pusat. Ini menjadi langkah penting dalam memfasilitasi seluruh pembangunan yang diperlukan agar permasalahan sampah ini dapat terselesaikan secara komprehensif, termasuk pengolahan sampah di TPA Randukuning untuk meminimalisir pembuangan sampah secara terbuka," kata Teguh Santoso.
Keprihatinan muncul karena potensi dampak negatif yang mungkin terjadi jika masalah ini tidak segera diatasi. Salah satu dampaknya adalah kapasitas ruang TPA yang sudah tidak mencukupi lagi, seiring dengan bertambahnya tumpukan sampah. Selain itu, lingkungan sekitar juga terancam menghadapi masalah kesehatan akibat pembuangan sampah yang semakin meluas.
Menurut Nur Handayanti, Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Persampahan, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Batang, TPA Randukuning telah dibangun sejak tahun 1995 dengan kapasitas awal sekitar 53 ribu meter kubik. Namun, saat ini, tumpukan sampah di tempat ini telah mencapai dua kali lipat dari kapasitas semula.
"Nampaknya, kapasitas TPA Randukuning hanya dapat bertahan hingga 6 bulan ke depan jika tidak ada tindakan pengurangan sampah dari sumbernya," ungkap Nur Handayanti saat ditemui di TPA Randukuning pada Jumat, 3 November 2023.
Sementara itu, Teguh Santoso, Kepala Bidang Pengolahan Sampah dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) DLH Batang, menjelaskan bahwa saat ini DLH sedang berusaha untuk meminta dukungan dari pemerintah pusat guna memfasilitasi pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) baru. Upaya ini akan diimbangi dengan optimalisasi TPA Randukuning yang sudah ada.
"Kami berharap agar pada tahun 2024 hingga 2025 akan ada kejelasan mengenai anggaran dan realisasi dari pemerintah pusat. Ini menjadi langkah penting dalam memfasilitasi seluruh pembangunan yang diperlukan agar permasalahan sampah ini dapat terselesaikan secara komprehensif, termasuk pengolahan sampah di TPA Randukuning untuk meminimalisir pembuangan sampah secara terbuka," kata Teguh Santoso.
Post a Comment