googlesyndication.com

0 Comment
Setidaknya ada dua poin penting dalam Letter of Intent (LoI) yang akan dikerjakan di tahun 2018 terkait progres penanganan bencana banjir dan rob di Pekalongan, hal tersebut diungkapkan Walikota Pekalongan, Saelany maghfudz, dalam gala dinner bersama Bupati Pekalongan dan perwakilan Hoogheemraadschap van Schiland en de Krimpenerwaard (HHSK) Rotterdam, Belanda di Rumah Dinas Walikota Pekalongan, Jalan Bahagia, Selasa (1/5/18) malam.
"Dua hal penting tersebut seperti seminar benchmarking management of drainage system atau seminar tentang pembelajaran menejemen sistem drainase dan assistance of training community of participation in the management of enviromental drainage atau pendampingan pelatihan tentang partisipasi masyarakat dalam menejemen drainase lingkungan," ucap Saelany Maghfudz membuka acara.
Walikota menjelaskan, selama ini pemerintah Kota Pekalongan sudah melakukan upaya penanggulangan bencana rob dengan membangun sarana pengendali rob maupun genangan dalam skala kawasan serta skala lingkungan.
"Dalam skala kawasan kami sudah melakukan pembangunan maupun pemeliharaan sistem drainase primer seperti membuat parapet di sungai disertai pemeliharaan tanggul termasuk di dalamnya pengadaan sekaligus pemeliharaan dan operasional pompa," jelasnya.
Dijelaskan pula, dalam skala kawasan pemkot juga sudah melaksanakan pembangunan maupun pemeliharaan drainase lingkungan meliputi pemeliharaan drainase sekunder, pengadaan maupun pengoprasionalan pompa skala lingkungan.

Hingga akhirnya, lanjut Walikota, pemerintah pusat memberikan alokasi berupa pembangunan tanggul yang lokasinya kurang lebih sejauh 500 meter hingga satu kilometer dari garis pantai.
"Rencananya di sisi selatan tanggul tersebut akan dibangun water storage atau penampungan air, berikut pembangunan rumah pompa di beberapa titik. Sedangkan tanggul sendiri kontruksinya barupa material tanah," paparnya.
Walikota berharap dengan pertemuan bersama Bupati Pekalongan dan perwakilan HHSK atau Dewan Air Belanda, persoalan rob yang menjadi perhatian bersama harapanya akan bisa diatasi terutama di wilayah perbatasan.
"Pertemuan ini akan menjadi sinergi dalam manajemen, pendanaan maupaun sinergi dalam koordinasi antar personil dan kelembagaan," tandasnya.
Di kesempatan yang sama, Bupati Pekalongan, Asip Kholbihi, mengungkapkan hal yang sama. Pasca fenomena banjir rob sejak tahun 2008 yang waktu itu belum ada solusi penangananya, kini  pihaknya sudah menyusun road map atau peta jalan sejak dibangunya tanggul penahan rob di Desa Mulyorejo dengan menghabiskan anggaran APBD sebesar Rp 2,4 miliar.
"Hasilnya tampaknya sudah bisa dinikmati masyarakat tiga desa yaitu, Mulyorejo, Karangjompo dan Jeruksari," ujarnya.
Di sisi lain, sambung Bupati, penuntasan persoalan rob tidak cukup hanya dengan membangun tanggul raksasa sepanjang 6,5 kilometer yang terdiri dari tiga zona dengan gelontoran dana sebesar Rp 517 miliar.Namun juga diperlukan kerjasama yang baik antara pemerintah Kabupaten dan Kota Pekalongan dengan Dewan Air Belanda.
"Diperlukan rekayasa sosial yang nantinya akan berdampak pada tatanan sosial yang ada termasuk juga rekayasa teknik yang didukung pemerintah pusat, propinsi dan pemerintah daerah setempat," terangnya.
Kondisi yang hampir sama dengan Belanda, kata asip, sedikit banyak akan membantu hubungan antara Pekalongan dan Belanda dalam hal ekspolarasi atau transfer teknologi penaanganan rob.
"Belanda idealnya menjadi cermin depan bagi kita semua agar bisa terus mengeksplorasi pengalaman yang dimiliki karena mereka mampu menaklukan kondisi alam yang berada tujuh meter dibawah permukaan laut," ucapnya.
Untuk itu, lanjut Asip, dirinya akan mengirimkan tiga Aparatur Sipil Negara (ASN) yang menurutnya kompeten untuk berangkat ke Belanda untuk belajar sekaligus menyerap kemampuan melalui transfer teknologi.
"Kita sudah anggarkan untuk berangkat ke Rotterdam karena itu sudah menjadi bagian dari LoI kita dari setahun yang lalu dan Isya Allah untuk penanganan rob akan selesai maksimal akhir tahun 2019," tandasnya.
Sementara itu, Fer Kalis, salah satu perwakilan HHSK Rotterdam, Belanda, mengatakan, teknologi yang akan diterapkan di Pekalongan sama dengan di negara asalnya. Menurut Fer, teknologi tersebut diprediksi akan efektif bertahan selama 25 tahun kedepan.
"Sedangkan untuk perawatan maupun peningkatan kemampuan, tanggul rencananya bisa ditinggikan lagi mengikuti perkembangan kondisi lingkungan," pungkasnya.

Post a Comment

 
Top