googlesyndication.com

0 Comment
Menjadi bagian dari Indonesia itu tidak harus menganut satu agama tertentu, kita hidup bersama dengan keberagaman bukan perbedaan. Indonesia selalu meletakan keberagaman selalu pada tempatnya, karena dalam keberagaman tersebut kita saling mengisi. Dan ketika itu terjadi maka kita adalah bukan lagi agama Katolik, Islam, Hindu, Budha ataupun Kristen melainkan Kita semua menjadi bagian dari dari Bangsa Indonesia. Hal itu disampaikan Romo Sekho kepada pekalongan-news.com usai mengikuti kegiatan jalan sehat dalam rangka perayaan 85 Tahun perjalanan Gereja Paroki St Petrus Pekalongan di lapangan Jatayu, Kota Pekalongan.

Dalam satu kutipan wawancaranya, Romo Sekho menyebut, dengan segala latar belakang yang beragam tersebut, tak bisa dipungkiri kita hidup di bumi Indone sia sebagai bangsa Indonesia.
"Jadi sudah selayaknya latar budaya, agama dan kesukuan yang kita anut menjadi modal semangat untuk hidup berkebangsaan seperti yang sudah diajarkan oleh para pendiri bangsa ini," terangnya, Minggu (23/8/15).
Umat Katolikpun seperti itu, mengutip Uskup pribumi pertama, Romo Sugiyo pranoto 'jadilah orang Katolik seratus persen dan jadilah orang Indonesia yang seratus persen pula'.
"Jadi kekatolikan itu kontekstual di Indonesia. Saya tidak bisa menga takan kekatolikan lepas dari budaya bangsa Indonesia, itulah yang kami perjuangkan," paparnya.
Mungkin, lanjutnya, kalau kemarin dalam muktamar Nahdatul Ulama dikatakan ada Islam Nusantara, justru saat ini kita ingin katakan kami Katolik Indonesia.
"Jadi karena kita hidup di Indonesia, Gereja Katolik yang hidup di Indonesia karena ada di Indonesia,"ujarnya.
Merayakan 85 Tahun perjalanan Gereja Paroki St Petrus Pekalongan yang jatuh pada tanggal 1 november menurut Romo Sekho, pihaknya menyelenggarakan berbagai kegiatan yang diawali pada tanggal 28 Juni dengan mengadakan Misa.
"Mulai Juli, Agustus, September dan Oktober kami penuh acara rangkaian peri ngatan perayaan yang panjang tersebut kita isi seperti, kegiatan kemasyara katan, kegiatan kesejarahan seperti kita akan kunjungi tokoh umat yang masih hidup, ziarah kemakam tokoh umat. Lalu ada pameran foto sejarah dan sebagai nya. Juga ada pembinaan iman, beberapa hal kita lakukan dalam empat bulan ini,"terangnya.
Jadi perayaan 85 Tahun Paroki Pekalongan ini, tambahnya, sekaligus juga mera yakan 70 Tahun Kemerdekaan RI.
"Ada dua moment yang kita rayakan. Untuk bulan Agustus ini lebih ke kegiatan kemasyarakatan. Semisal kemarin kita sudah selenggarakan lomba Panjat pinang untuk umum. Sedangkan nanti Minggu kita adakan pengobatan gratis di Kelurahan Bandengan,"ungkapnya.
Selanjutnya, tambah Romo Sekho, Gereja katolik juga akan menyelenggarakan peringatan tahun baru jawa pada malam satu syuro yang jatuh pada tanggal 13 Oktober depan.
"Kami akan adakan Misa pada jam 5 sore. Karena orang Katolik yang hidup di tanah jawa yang selalu dilingkupi budaya Jawa maka Misa akan kami iringi dengan gamelan dan berbahasa jawa dilanjutkan pada malam harinya kita gelar pentas wayang kulit yang akan mengambil tema Cakra Ningrat,"beber Romo Sekho.
Filosofinya dalam lakon tersebut sesuai pesan perayaan 85 Tahun Paroki Pekalongan menyebutkan, kalau orang ingin mendapatkan sesuatu yang baik harus dilandasi dengan kerendahan hati, tidak boleh sombong serta tidak boleh egois.
"Itulah pesan yang ingin kami sampaikan. Disamping tema umum Gereja Katolik Pekalongan mensyukuri rahmat Tuhan dalam perjalana nya melintasi jaman," tuntasnya.
Sementara itu kegiatan jalan sehat dalam rangka peringatan 85 Tahun perjalanan sejarah Gereja Paroki St Petrus Pekalongan diikuti oleh hampir 1400 san peserta umum dengan  acara yang di pusatkan di Lapangan Jatayu Kota Pekalongan. Panitia acara jalan sehat menyediakan hadiah utama sebuah sepeda motor bebek dan puluhan hadiah hiburan lainya.













Post a Comment

 
Top