googlesyndication.com

0 Comment
Dibanding Negara Lain, Kualitas Pendidikan Indonesia Masih Tertinggal Jauh
REFLEKSI 1 TAHUN SURABAYA KOTA LITERASI





SURABAYA
Kualitas pendidikan Indonesia masih tertinggal jauh dibanding negara-negara lain. Indikatornya, Hasil Program Penilaian Pelajar Internasional (Program for International Student Assessment atau PISA) yang setiap 3 tahun selalu menempatkan Indonesia dalam peringkat 3 besar dari bawah.

“Perlu diketahui bahwa salah satu yang dinilai dalam penelitian tersebut adalah kecakapan membaca,” ujar Drs. Satria Dharma, Penggagas Gerakan Literasi Sekolah ketika menjadi nara sumber Refleksi 1 Tahun Surabaya Kota Literasi sekaligus Temu Darat ke-25 Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia Wilayah Surabaya, Ahad (3/5), di pelataran Gedung Serba Guna Kampus Unesa Surabaya.

Dia menyebutkan, kondisi yang memprihatinkan itu tidak akan pernah berubah selama membaca hanya diposisikan sebagai anjuran di sekolah-sekolah, tidak lagi ditempatkan sebagai kewajiban.

Sementara Pendiri Jaringan Literasi Indonesia, Drs. Much Khoiri yang juga tampil sebagai nara sumber menekankan kepada generasi muda untuk menghasilkan karya berupa tulisan.  “Karena tulisan itulah sebagai bukti adanya kecakapan membaca,” katanya.

Untuk menumbuhkan semangat berliterasi, jelas Much Khoiri, diperlukan juga political will pemerintah. Namun, masyarakat tentu tidak bisa hanya menunggu. Para pegiat literasi khususnya di Surabaya dituntut untuk terus bergerak secara aktif memengaruhi banyak orang, terutama pelajar dan mahasiswa.

“Tujuannya agar mereka memiliki kesadaran betapa pentingnya literasi dalam pembangunan peradaban. Dengan adanya langkah-langkah konkrit itu, Surabaya sebagai Kota Literasi bukan sekadar semboyan belaka,” ujarnya.

Surabaya Kota Literasi telah dicanangkan Wali Kota Surabaya, Dr. Ir. Tri Rismaharini, M.T., di Balai Kota Surabaya pada 2 Mei 2014. Pencanangan itu mengindikasikan bahwa kota tersebut siap untuk menjadi lebih maju dalam iklim kompetisi dengan kota-kota di negara lain.

“Konsekuensinya, semua pegiat literasi, termasuk kalangan pustakawan dan para pemegang kebijakan di dunia pendidikan, khususnya di Surabaya, harus berjuang keras untuk terus memacu semangat berliterasi warga Surabaya,” ujar Yudha Prima, Koordinator FAM Cabang Surabaya yang mendukung pencanangan itu.

Refleksi 1 Tahun Surabaya Kota Literasi dan Temu Darat ke-25 FAM Cabang Surabaya diikuti sekitar 50-an peserta yang terdiri dari pelajar, mahasiswa, guru, dosen dan kalangan umum lainnya. Peserta sangat antusias mengikuti acara itu. (rel)

Post a Comment

 
Top