googlesyndication.com

0 Comment
Keluarga Rebutan Yayasan, Puluhan Murid MTS Athohiriyah Terancam Tidak Bisa Ujian
mediasi gagal
Kabupaten Pekalongan
Puluhan murid MTS Athohiriyah Simbang wetan, Kecamatan buaran, Kabupaten Pekalongan nyaris saja terancam tidak bisa mengikuti ujian nasional lantaran menjadi korban dari kemelut yang menerpa yayasan tempat mereka bernaung. Pihak yayasan sempat menahan soal-soal ujian yang seharusnya dibagikan kepada para siswa yang hari ini, Senin (6/4/15) melaksanakan ujian nasional.

Soal ujian baru bisa dibagikan kepada para siswa setelah Kapolsek Buaran AKP Agus Riyanto turun tangan menengahi konflik antara yayasan dan pemilik lahan. Sebelumnya pihak yayasan bersikeras ingin menggelar ujian dilokasi yang baru namun ditentang oleh para siswa yang lebih menginginkan ujian digelar di sekolah lama karena para siswa beralasan dilokasi yang baru bukan sekolahnya akan tetapi milik Madrasah Aliyah meski di yayasan yang sama.

Bahkan para orang tua siswa sempat melakukan aksi demo dengan menggeruduk pihak yayasan dilokasi yang baru karena tersiar kabar pihak yayasan tidak akan menggelar ujian nasional apabila tidak dilokasi yang baru, hal tersebut membuat para wali murid resah dan akhirnya menggeruduk yayasan. Negoisasi dan mediasi yang dilakukan oleh orang tua murid dengan pihak yayasan mengalami jalan buntu meski telah dibantu oleh pihak babin kamtibmas polsek Buaran bersama babinsa dari Koramil 20/Pekalongan. Baru ketika Kapolsek Buaran AKP Agus Riyanto turun tangan berhasil meyakinkan semua pihak dengan menggelar ujian nasinal di tempat netral yaitu di aula Kelurahan Simbang Wetan.

Menurut keterangan Kapolsek Buaran AKP Agus Riyanto, pihaknya tidak bisa mencampuri urusan internal yayasan karena secara teknis yang berwenang adalah Kemenag, 
Murid MTS Athohiriyah Terancam Tidak Bisa Ujian
Keluarga Rebutan Yayasan, Puluhan Murid MTS Athohiriyah Terancam Tidak Bisa Ujian
proses mediasi

" kami sifatnya pengamanan karena sudah ada gejolak, kami tadi sarankan untuk sementara dicarikan tempat netral seperti akhirnya disepakati lokasinya di aula Kelurahan Simbang Wetan dan kami siap melakukan evakuasi karena yang utama kepentingan anak harus didahulukan, karena pendidikan itu wajib jadi ujian harus tetap dilaksanakan." jelas Agus.

Agus mengaku kecewa dengan adanya konflik internal di yayasan yang masih satu keluarga dengan mengorbankan anak-anak hingga nyaris gagal mengikuti ujian.

" kami siap bila diminta melakukan pengawalan sampai selesainya ujian sehingga gejolak yang ada di masyarakat jangan sampai terjadi lagi, la monggo tekniknya bagaimana sekali lagi itu kewenanganya Kemenag." ujarnya.

Sementara itu Kepala sekolah MTS Athohiriyah yang juga pemilik bangunan sekolah MTS Athohiriyah kepada awak media mengatakan, Konflik sebenarnya sudah lama terutama berkaitan dengan perjanjian sewa gedung miliknya yang berlaku 10 tahun dari tahun 2011 hingga tahun 2021.

" sejak perjanjian dibuat hingga sekarang selama 4 tahun belum pernah pihak yayasan yang diketuai oleh adik saya sendiri tak pernah melaksanakan kewajibanya padahal sejak awal sayalah yang merintis berdirinya MTS Athohiriyah karena saya sebelumnya saya sudah punya santri, bahkan kewajiban gaji yang harus dibayarkanpun tak pernah saya terima bahkan posisi saya dinon aktifkan sebagai Kepala sekolah tapi saya tak mau jelaskan alasanya termasuk Madrasah aliyah yang sekarang di Watusalam menumpang di sini selama setahun" jelas KH Thohir.

Sedangkan Ketua yayasan Salafiyah Mohammad Abu Nawar, Mohammad Illiyas Yusuf Mpd mengklaim tindakanya tersebut didasari karena tindakan sang kakak yang juga Kepala sekolah menyegel dan mengambil alih status bangunan sekolah menjadi bangunan milik pribadi.

" kami sayangkan kakak kami membatalkan perjanjian sewa sehingga kami harus memindahkan kegiatan sekolah ke tempat yang baru di Madrasah aliyah Watusalam, terkait bentuk perjanjian sewa nanti bisa dilihat sendiri saya tidak mau mengomentari itu." tukasnya.
Murid MTS Athohiriyah

Ditempat yang sama seorang wali murid yang enggan disebut namanya mengemukakan bahwa keinginanya hanyalah agar anaknya bisa mengikuti ujian dan berlangsung di sekolah yang lama karena semua aktivitas belajar mengajar selama tiga tahun berlangsung di Simbang Wetan.

" keinginan anak-anak kami agar bisa ujian di sekolah aslinya ditentang oleh pihak yayasan dan agaknya pihak yayasan arogan dengan menyandaera soal ujian serta ngotot menginginkan ujian dilangsungkan ditempat yang baru, itu yang saya tidak bisa mengerti." sesalnya.

Post a Comment

 
Top