“Memang sempat tegang juga sih, ketika dalam hati bertanya-tanya tentang benar tidaknya harga bbm turun, apalagi sepanjang perjalanan dari Kajen tadi saya tidak kebagian bensin di SPBU yang dilewati.” Ujar Amin (53 tahun) pengemudi Angkot jurusan Kajen-Wiradesa-Pekalongan pp. Suatu kesan yang selama ini sangat langka ditemukan dalam peluncuran kebijakan-kebijakan baru, khususnya yang berkaitan dengan harga BBM. Ia pun melanjutkan pendapatnya, “Lha kalau seperti ini masyarakat bisa menyambut gembira, kayak sopir seperti saya ini diberi peluang bernafas lega untuk memperoleh penghasilan. Karena buat apa BBM mahal, tarif angkot tinggi, tapi tidak ada penumpang.” Dalam kesempatan yang sama pengendara motor, seorang penduduk Desa Panjang Wetan, yang bernama Zainal (63 tahun) ikut memberikan komentarnya, “Saya merasa ikut senang dengan turunnya harga BBM, toh selama ini tidak pernah mengalaminya, kecuali harga yang selalu meningkat terus pada tiap pengumuman kebijakan baru.”
Secara terpisah, Manager SPBU 44.511.04 yang terletak di Jl. Gajah Mada, Tri memberikan bebarapa klarifikasi, “Tidak ada yang spesial untuk stok pelayanan BBM. Kami beroperasi sebagaimana hari-hari biasa. Premium 24 ton dan Solar 6 ton. Sedangkan, soal perusahaan mengalami kerugian dari penjualan stok BBM lama itu sudah merupakan konsekuensi logis dari perdagangan.”
(PN 19012015 – AA)
Post a Comment