googlesyndication.com

0 Comment

Maghfiroh, Balita Penderita Tumor Otak Butuh Uluran Tangan
Maghfiroh, Balita Penderita Tumor

Kabupaten Pekalongan
Seorang Bocah usia 5 Tahun putri pasangan Zunan Purnomo (44 th) dan Nur Alfiana (40 th) warga Rt 03 Rw 01 Desa Gondang, Kecamatan Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah diketahui mengidap penyakit tumor  otak sejak lahir. Putri ketiga dari pasangan penjual krupuk dan buruh konveksi ini juga menderita kelumpuhan pada kedua kaki dan tanganya, praktis aktivitas sehari-hari balita yang bernama Maghfiroh ini sangat mengandalkan orangtua dan kakaknya.

Menurut keterangan Ibundanya, Maghfiroh sehari-harinya harus dipangku olehnya atau kakaknya, sebab kalau tidak, bisa dipastikan Maghfiroh akan rewel.

" saya baru bisa istirahat kalau Maghfiroh tertidur atau kakaknya giliran memangku, kondisi anak saya yang selalu kesakitan seperti itu menyulitkan saya untuk membantu ekonomi keluarga karena Maghfiroh tak bisa lepas dari gendonganya." tuturnya.

Tidak hanya itu saja penyakit tumor otak yang diderita Balita bungsu dari tiga bersaudara ini juga mempri hatinkan, tidak saja menyerang kepalanya namun juga menyerang wajah dan terus menggerogoti tanpa ada penanganan berarti.

" Pernah saya periksakan ke Rumah Sakit bahkan pernah sekali dioperasi tiga tahun lalu namun kini kambuh lagi bahkan lebih parah dari yang terdahulu." ujarnya.

Keluarganya Berharap ada pihak-pihak yang mau peduli dan mengulurkan tanganya membantu kesembuhan putrinya,

" saya sudah upayakan kesembuhan anak saya, tapi keterbatasan ekonomi dan biaya, pengobatan putri saya tidak tuntas hingga akhirnya jadi seperti ini." ungkapnya sambil memperlihatkan wajah depan putrinya yang nampak berlobang di sana-sini seperti di gerogoti sesuatu.


Dampak ekonomi dari usaha kesembuhan Maghfiroh yang diupayakan keluarga kurang mampu ini membuat Inayah, putri pertama dari keluarga tersebut harus berhenti sekolah hanya tamat SMP saja, Inayah sekarang turut membantu sang Ibunda merawat adik bungsunya.

Sementara Zunan Purnomo sebagai kepala keluarga mengungkapkan, penghasilanya sebagai penjual kerupuk dan buruh konveksi sangat minim, sehingga Ia kesulitan untuk melanjutkan proses penyembuhan buah hatinya tersebut.


" sebenarnya kami memiliki jamkesmas namun biaya yang di tanggung kurang, untuk periksa dan transportasi juga tambahan obat yang ditebus sangat mahal, kami tidak mampu lagi, akhirnya kami rawat dirumah sendiri." akunya pasrah.

Post a Comment

 
Top