googlesyndication.com

0 Comment
Betapa dunia maya berikut perangkat bawaannya, yaitu handphone atau telepon genggam telah masuk sedemikian dalam ke ranah aktivitas yang dilakukan orang. Dari hanya sekadar SMS-an hingga berekspresi di media sosial (Facebook, Twitter, Instagram, dll). Kelengkapan fitur telepon genggam dan kesempurnaan aplikasi android memandu orang untuk rela menaruh kesibukannya dari hanya sekadar alat komunikasi hingga wahana selfie demi mengaktualisasikan diri di antara pergaulan di masyarakat.
Kearifan Diri VS Sisi Positif – Negatif Smartphone
Kearifan Diri


Handphone telah merambah menjadi kebutuhan mendesak dari kalangan menengah ke bawah hingga kaum berkantong tebal. Dari orang yang hanya memiliki pekerjaan selalu dalam dunia khayal alias pengangguran, pekerja musiman, sampai dengan yang nasibnya kejatuhan proyek terus-menerus.


Satu manfaat nyata dari hasil perkembangan tehnologi ini adalah, orang bisa serta merta melepas segala hambatan kepribadian dirinya untuk segera ikut meramaikan jagad pergaulan. Sementara sebelumnya mereka sering mengucilkan diri pada kerangka pengkotakan kehidupannya masing-masing, meski memahami bahwa mereka pun bagian daripada makhluk sosial sebagaimana orang-orang lainnya. Ibu-ibu rumah tangga hingga nenek-nenek bersusur (Red: tembakau pelengkap kapur sirih), orang-orang yang minder hingga tuna wicara, dan pengembangan yang cukup berarti dari tumbuhnya paham “Poligami” menuju persaingan kesepadanannya, yaitu “Poliandri” (Red: Satu perempuan dengan lebih dari 1 pasangan). Mereka semua tidak berkenan untuk diberi label “Gaptek” ato katrok.


Dengan meluasnya jejaring sosial menyentuh ranah-ranah tatapan baca orang, menyebar pula berbagai informasi ke segala penjuru perhatian manusia. Mau tidak mau pada akhirnya memancing dan menggugah emphati orang untuk saling berbagi suka dan duka bersama pada suatu event-event tertentu.

Sisi Positif – Negatif Smartphone

Fenomena handphone disadari atau tidak, sungguh-sungguh telah merombak perilaku umum manusia selama kurun waktu selama ini. Bagi yang berkenan mengakuinya, bahkan saking keluarnya dari  tatanan baku, perilaku ini sudah mengarah pada sisi abnormal manusia. Bagaimana tidak? Orang mau makan terkadang seperti rela melupakan berdoa terlebih dahulu sebelum melahapnya. Malah lebih asyik-masyuk mengambil gambar santapannya sembari cengar-cengir atas ide posting status memberikan iming-iming kepada teman-temannya di jejaring sosial. Banyak ditemui di tengah keramaian lalu lintas jalan raya, orang berkendara sepeda motor sedang sibuk bercengkerama bisnis atau kasmaran dengan menyelipkan handphone di sela jepitan helmnya. Terkadang dengan cukup satu tangan orang mengoperasikan setang sepeda motornya, sementara tangan satunya lagi dengan lincah memainkan keypad untuk berkirim SMS.


Disadari atau tidak orang semakin melambung di dunia khayalannya. Bagaimana tidak? Mereka sering lebih mengutamakan lingkungan pergaulan di dunia maya, sekalipun kehidupan sehari-hari, yang dialaminya lebih membuktikan jaminan  kenyamanan dalam berperi kehidupan. Singkatnya, lebih bisa dihayati olah rasa-nya. Di dalam suatu perhelatan rapat orang masih menyempatkan diri ngutak-atik posting status atau komen. Dalam sekumpulan keceriaan kaum muda-mudi terkadang orang masih tak mau lepas dengan keberadaannya dalam pergaulan dumay. Bahkan rumah tangga yang sudah cukup harmonis pun terkadang harus rela dihadapkan pada tawar-menawar untuk berekspresi tanpa keterlibatan pasangannya dalam pergaulan di dumay, alih-alih sebagai suatu keabsahan kehadiran utuh jati dirinya di antara teman-teman jejaring sosialnya.


Smartphone menjanjikan keriangan melewatkan waktu dalam sehari-harinya. Namun, masihkah harus menanti tinjauan analitis para ahli psikologi untuk menyikapi pola-pola keganjilan perilaku manusia yang cenderung mendekati sifat massalnya ini? Akankah mesti menunggu para ahli agama untuk memberikan himbauan kesantrian untuk menyikapi ketidak-etisan umat dalam berperilaku menjauhi norma-norma agama ini? Atau, membiarkan begitu saja hingga keduluan terjebak lagi dalam larangan eksklusif dari kaum fundamentalis untuk mengharamkan handphone di sela aktivitas sehari-hari, setelah pelarangan ucapan ultah dan salam natal?
(PN-AA)

Post a Comment

 
Top