googlesyndication.com

0 Comment
Festival Durian Petruk Lolong Ditengarai Mundur Pelaksanaannya
Syair lagu Lolong Ebiet G. Ade
Desa Lolong, Kecamatan Karang Anyar, Kabupaten Pekalongan sangat banyak memberikan inspirasi bagi warga masyarakat di sekitar Kota dan Kabupaten Pekalongan. Di samping, pencipta sekaligus penyanyi sekelas Ebiet G. Ade yang menyempatkan diri mengabadikannya dalam sebuah lagu karyanya. Desa ini pun terkenal dengan produksi buah durian bervaritas tinggi, yang bernama latin Durio Zybethinus Petruk ini  lazim disebut “Durian Petruk”. Durian Montong ‘ala Negara Gajah Putih Muangthai boleh menyaingi ukuran besar cangkang buahnya, namun rasa khas pedas atau legit menggigit, ketebalan, serta padat (Red: sedikit tampilan kandungan airnya) Durian Petruk selama ini belum ada yang mampu menandinginya.


Jembatan Lengkung Lolong-Pohon Durian Tua
Bersamaan dengan pergantian tahun, durian pun sudah mulai menunjukkan keberadaannya. Menyajikan inspirasi para penggemar berat-nya untuk mengingat event pada desa yang memiliki ikon jembatan melengkungnya, yaitu Lolong ini. Setiap tahun Desa Lolong menyelenggarakan “Festival Duren”, terutama sekali pada saat tiba panen buah yang memiliki rasa menantang tersebut. Pada bulan-bulan awal seperti inilah durian mendekati masa petiknya. Sebagaimana tahun 2014 lalu, festival duren diselenggarakan pada bulan Februari. Namun, dalam suatu lawatan investigasi Pekalongan News, ditemui beberapa kendala perihal waktu pelaksanaan festival tersebut. Basith (23 tahun) seorang remaja belia warga Desa Lolong mengisahkan, “Curah  hujan yang terkesan datang lebih awal dan  cukup tinggi berpotensi memberikan efek-efek gangguan kecil pada peluruhan putik bunga durian dan pematangan buahnya. Sehingga, ditengarai pelaksanaan festival bisa mundur sampai pada Bulan Maret 2015. Toh, memang sudah biasanya untuk perjalanan tahun demi tahun, festival durian akan mundur sebulan  penyelenggaraannya di tahun berikutnya.”


Festival durian ini merupakan suatu program kegiatan Desa Lolong, terutama yang diprakarsai oleh suatu kepanitiaan, terdiri para pamong pemerintahan desa dan karang taruna setempat. Selain memiliki ide awal mempromosikan keunggulan produk pertanian sekitaran desa setempat, juga dimaksimalkan demi memperoleh harga yang lebih baik, sekaligus melindungi para petani dari ketidakseimbangan harga pasaran ketika buah durian tersedia melimpah. Basith pun mencoba memberikan gambaran lebih gamblang, “Kami selaku panitia festival biasanya mengumpulkan panen durian dari para petani langsung yang berada di desa-desa sekitar Kecamatan Karanganyar. Durian dibeli lebih tinggi dari harga umum kulakan lazimnya, taruhlah sebuah durian biasa perjualbelikan senilai harga Rp. 30.000,- kami membayarnya seharga Rp. 31.000,-.”


Festival durian ini biasanya diawali dengan agenda menampilkan durian-durian dari pohon unggulan yang berada di masing-masing desa di sekitar Kecamatan Lolong dan Kecamatan Doro, untuk diperlombakan guna memperoleh durian mana yang paling unggul setiap tahunnya. Basith pun menunjukkan gaya khas keluguan orang Lolong, “Salah satu keunikannya, petani pemilik pohon durian berhak penuh memberi nama secara bebas terhadap durian miliknya yang meraih kemenangan pada festival tersebut, semisal “Duren Jebes”.” Selanjutnya, festival akan membuka session “Sekali Bayar, makan sepuasnya”. Pada awal tahun 2014 lalu tiket untuk mengikuti session ini hanya seharga Rp. 70.000,-.

Medan laga session "sekali Bayar, Makan sepuasnya"

Persiapkan diri untuk reservasi 2 minggu sebelum hari H, mengingat festival durian ini telah banyak memiliki fans berat, meski orang-orangnya tinggal di Jakarta atau daerah-daerah perantauan lainnya.
(PN 12012015 – AA)

Post a Comment

 
Top