(Pekalongan-News, 25/11/2014)
Hasil penelusuran Pekalongan-News
pada para pengusaha batik home industry ditemukan bahwa pencemaran air sungai
Kali Loji tidak seutuhnya merupakan akibat dari hanya semata-mata karena
penggelontoran limbah batik. Setidaknya masih ada 2 faktor lain lagi yang menyebabkannya.
Pembuangan sampah yang semena-mena oleh anggota masyarakat masih menjadi momok
yang serta merta menyebabkan pendangkalan dasar sungai. Pengelolaan dalam
menangani limbah rumah tangga ini masih menunjukkan upaya pendisiplinan yang belum cukup memadai . Di sisi lain, adanya
kali sodetan di bilangan Kuripan memungkinkan kubikasi air yang mengalir di
Kali Loji menjadi berkurang. Sehingga air di Kali Loji berkecenderungan tidak
mengalir sebagaimana yang diharapkan seperti dahulu kala semasa kali ini masih
mampu mengurai limbah batik pada daya alir air Kali Loji. Pada akhirnya terjadi
kejenuhan kadar limbah sebagaimana yang tampak menggejala sekarang ini. Hal ini
ditegaskan oleh seorang pengusaha yang cukup dikenal berinisial AK, “...bukankah
sudah kurang lebih 22 tahun limbah batik mencemari Kali Loji”

Satu unit pengolahan limbah
(IPAL) yang berada di Kelurahan Kauman tidak cukup memadai untuk sejumlah
pengrajin batik di kelurahan itu saja, sementara masih ada Kelurahan Pesindon
dan Kergon sebagai tetangga desa yang masih membutuhkan keberadaan IPAL serupa.
Sudah lazim diketahui khalayak
umum bahwa, Kota Pekalongan kebanyakan memiliki produsen batik dari kalangan industri
rumahan. Mereka terdiri dari para pengrajin tulis dan cap. Batik tulis tersebar
dari Kauman, Pesindon, Kergon, dan sebagian kecil di Krapyak. Sementara, batik
cap bercokol di sekitar Pasir Sari,
Kramat Sari, dan Pabean.
Berdasarkan kriteria penggolongan
di atas, para produsen batik yang terletak di pusat kota Pekalongan mengklaim
bahwa, limbah yang dihasilkannya lebih mudah terurai dibanding limbah printing,
masih ditambah lagi bahwa volumenya pun lebih kecil ketimbang limbah printing.
Terlebih lagi, para produsen yang terletak di kawasan Kecamatan Pekalongan
Barat lebih cenderung membuang limbahnya pada suatu aliran yang mengarah ke
Kali Meduri atau Kali Pencongan daripada ke Kali Loji. AK merinci pendapatnya bahwa, “para pengusaha
batik printing di daerah Jenggot, Buaran, Pringlangu, Banyu Urip yang termasuk
wilayah pemerintahan Kabupaten Pekalongan sangat berkontribusi banyak pada
pencemaran Kali Loji.”
Di saat yang sama dia pun mencoba
menanggapi upaya Pemerintah Kota Pekalongan dalam kaitan koordinasinya mengenai
penanggulangan pencemaran limbah batik di Kali Loji, “Banyak pengusaha tidak
tahu ada undangan yang diselenggarakan Pemkot. Padahal mereka termasuk para
pengusaha besar yang dikenal di kalangan home industry.” Ia pun merespons
wacana pengelolaan limbah batik yang disarankan pengusaha batik Fatchur Rachman
Noor beberapa waktu lalu bahwa, “Kalau limbah batik digodok, lalu butuh berapa
banyak kayu bakar yang diadakan? Sedang manfaat Kaporit untuk proses
pengendapan limbah batik masih bisa menjamin penghematan biaya produksi. Dan, endapannya
pun bisa dipergunakan untuk keperluan urugan, asal tidak pada dimana makhluk hidup”
~Disunting oleh: Arry Anand~
Post a Comment