googlesyndication.com

0 Comment

Pelataran rumah yang rapi, bersih, dan steril dari debu yang beterbangan merupakan godaan setiap pemilik rumah yang sedang gegap gempita menata keindahan tempat hunian. Mester semen hingga paving block menjadi pilihan asesori. 

BIOPORI: Upaya kecil Pelestari Lingkungan
BIOPORI

Belum lagi keramik yang menjanjikan kemewahan pandangan setiap mata. Disitu pun bisa dijadikan ruang garasi siap pakai, sekaligus bilamana dibutuhkan suatu ruang untuk berkumpul lesehan menggunakan tikar lebih dapat diandalkan kebersihannya. Pertimbangan lainnya adalah mengurangi kerepotan rutinitas mencabuti rumput liar yang tumbuh.

Secara sederhana, ide di atas memang sangat praktis dan berdaya guna, terutama dalam meningkatkan K3. Ketertiban lingkungan menjadi manfaat utama yang bisa serta merta dinikmati. Jauh dari kekumuhan pemandangan sangat didambakan hidup di dalam bermasyarakat di abad modern ini. Keamanan pun bisa lebih diandalkan ketika pandangan tak berpenghalang ataupun peluang lantai yang memudahkan terlacaknya jejak orang asing. Sekaligus, secara tidak langsung memberikan tantangan tersendiri bagi pemiliknya untuk senantiasa menjaga kebersihannya.

Selayang pandang mencoba melihat dari suatu sisi lain yang serasa perlu dicermati juga ketika pada umumnya sanitasi pembuangan air limbah tidak sedemikian diperhatikan, baik daya tampung, kelengkapan, maupun kelancarannya.

Semenisasi ataupun pemasangan keramik yang menutup seluruh pekarangan rumah menciptakan sudut pandang yang cukup gersang. Meskipun disana-sini tertata berbagai tanaman di pot atau tertanam langsung di tanah tetap jauh dari kesan ramah lingkungan. Bagamana tidak? Kelangkaan pohon rindang sebagai sarana berteduh. Tampilan akar yang berserakan mendesak permukaan terbatas serasa menggoda kenyamanan rasa akan apa yang sebenarnya bisa dianggap lingkungan yang semestinya penuh keleluasaan. Sudah selayaknya bila suatu makhluk hidup dibiarkan berkembang mengikuti kemapanannya sendiri, berikut ketersediaan melimpah apapun yang dibutuhkannya demi tetap mempertahankan hidupnya. Unsur hara dan kadar keasaman tanah, serta kandungan air tanah tidak seharusnya terbatas pada suatu habitat. Terkecuali pada diperlukan untuk pengkondisian tanaman sebagaimana tampilan bonsai, atau ketersediaan lahan yang terbatas. Begitulah gejala zaman sebagaimana kebiasaan yang dijadikan hobby seperti apa yang dilakukan mereka terhadap hewan-hewan peliharaan (unggas, ikan, anjing, dll). Namun, setidaknya meski sudah menjadi gaya hidup masa kini ada baiknya bila didukung suatu upaya pelestarian lingkungan. Kalaupun menyajikan lingkungan makhluk secara alamiah terhadap tanaman ataupun hewan peliharaan dianggap membutuhkan biaya fantastik, apa salahnya bila memberikan sekadar perhatian terhadap ketersediaan kandungan air tanah. Toh dengan hanya memanfaatkan tak lebih sejengkal lahan berdiameter sekitar 10 cm sudah cukup memadai untuk memberikan sumbangsih bagi sumber resapan air tanah.

Semenisasi/keramikisasi hanya akan menghambat kemungkinan air meresap kembali jauh ke dalam kandungan tanah, dan membiarkan air yang tercurah mencari jalan sendiri hingga pada akhirnya berakibat luas menjadi penyebab utama timbulnya banjir manakala sanitasi tidak memenuhi syarat. Sementara upaya kecil pembuatan “Biopori” sangat berdaya guna dalam pencegahan minimal akibat-akibat yang ditimbulkan oleh keberlimpahan air curahan. Biopori bisa dibentuk sebagaimana lingkaran berdiameter sekenanya asal permukaan tanah dibiarkan terbuka tanpa dilambari penutup. Bisa juga diupayakan dengan pemilihan model paving block yang di tengahnya berlobang sebagai asesorinya untuk ditanami rerumputan. Atau bahkan penyiapan taman beralaskan tanah langsung secukupnya untuk ditanami rerumputan, bebungaan, atau pohon rindang semacam Ketapang.

(By: Arry Anand)

Post a Comment

 
Top