Sejak bergabung pada 2009, Intan melihat masih banyak masyarakat di daerah yang belum memahami pentingnya asuransi. Ia pun memutuskan tidak hanya menjadi seorang penjual, tetapi juga pendidik yang transparan dan jujur.
"Saya merasa terpanggil untuk melayani masyarakat agar mereka bisa mewujudkan kemapanan finansial dan hidup yang sehat," kata Intan, seperti dikutip dari siaran pers.
Intan sadar, menjadi agen di kota kecil seperti Pekalongan punya tantangan tersendiri. Pemahaman masyarakat terhadap proteksi asuransi masih minim. Fakta ini sejalan dengan data Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024.
Survei menunjukkan, tingkat literasi asuransi meningkat drastis dari 31,72% pada 2022 menjadi 76,25% pada 2024. Namun, kepemilikan polis justru menurun dari 16,63% menjadi 12,21%. Banyak orang mengerti manfaatnya, tetapi enggan membelinya.
Dari kondisi inilah, Intan menjadikan edukasi sebagai pilar utama. Ia secara konsisten menjelaskan manfaat, risiko, hingga proses klaim, memastikan setiap nasabah memahami produk yang sesuai dengan kondisi mereka.
Bagi Intan, seorang agen harus punya prinsip "Action Louder Than Words." Ia mengutamakan pelayanan dan pendampingan, terutama saat nasabah menghadapi musibah. Intan juga terus memperluas wawasannya tentang penyakit, rumah sakit, dan rekomendasi dokter agar bisa memberikan referensi yang relevan.
Pendekatan ini sejalan dengan visi Sun Life Indonesia untuk mewujudkan kemapanan finansial bagi jutaan keluarga. Presiden Direktur Sun Life Indonesia, Albertus Wiroyo, menyampaikan kebanggaannya.
"Keberhasilan Ibu Intan Dewi membuktikan dedikasi seorang agen dalam memberikan edukasi dan perlindungan. Beliau hadir sebagai pendidik yang mampu membangun kesadaran masyarakat," kata Albertus.
Penghargaan ini menegaskan peran krusial agen sebagai garda terdepan yang menjembatani perusahaan dengan nasabah, memastikan setiap solusi proteksi menjawab kebutuhan nyata di lapangan.
No comments:
Post a Comment