googlesyndication.com

0 Comment
Mengejutkan, Nusron Wahid, mantan Ketua Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) sekaligus mantan Ketua Tim Pemenangan calon Gubernur dari petahana Ahok-Djarot tanpa diduga terlihat dalam hajatan besar Silaturahmi Nasioanl Ulama, TNI dan Polri di Gedung Pertemuan Umum (GPU) Kajen, Kabupaten Pekalongan.
Kedatangan Nusron Wahid yang diam-diam awalnya tidak disadari oleh beberapa orang yang hadir. Penampilan Nusron yang hanya bersendal jepit dan berpakaian biasa saja tidak banyak menarik pandangan orang.

Namun saat beranjak dari trotoar pinggir jalan hendak masuk ke lokasi acara, Nusron kaget ketika media ini dan beberapa lainnya mencegat dan memotong langkahnya.
"Haduh...padahal aku wes ndelik (sudah sembunyi), tapi yo isih konangan (masih ketahuan) juga," keluhnya sambil tertawa.
Nusron langsung ditodong untuk mengomentari kegiatan Silaturahmi Nasional Ulama, TNI dan Polri yang digelar di Kajen, Kabupaten Pekalongan.
"Pertemuan antara ulama dengan pemerintah, TNI dan Polri sangatlah penting dalam kondisi seperti ini. Ini nantinya akan menjelaskan sebuah peta baru. Peta tantangan umat Islam ke depan," ucapnya, Sabtu (7/1/17).
Nusron menjelaskan, fenomena gerakan trans nasional berbasis pemahaman beragama yang radikal akan berujung kepada terorisme dan separatisme seperti di negara-negara arab patut kita antisipasi agar tidak terjadi di Indonesia.
"Sekarang ini umat Islam memegang kunci. Sekali lagi ulama sebagai pemimpin umat Islam menjadi kata kunci, bagaimana mentransformasikan nilai-nilai Islam," papar Nusron.
Ia menyambungkan, bagaimana peran ulama memberikan pemahaman nilai keagamaan yang sarat nasionalisme dan kemajemukan serta kemanusiaan yang menjunjung komitme menjaga NKRI.
Kalau kita bicara NKRI, kata Nusron, maka kita juga akan bicara kemajemukan. Kita (umat Islam) itu seharusnya mengayomi. Kegaduhan-kegaduhan kemarin itu masih terlalu kecil, ada kebutuhan lebih besar lagi yang mendasar.
"Impact yang terjadi di timur tengah sengaja dikampanyekan dan diviralkan oleh kelompok tertentu untuk mempertentangkan satu sama lain," jelasnya.
Kita tahu, lanjut Nusron, konflik lokal di Suriah diidentifikasi sebagai perang jihad antara Sunni melawan Syiah. Kemudian fenomena ini digelorakan oleh kelompok tertentu di tanah air. Padahal tersebut tidaklah relevan diterapkan di Indonesia.
"Seakan pemerintah Indonesia yg harus dimusuhi, padahal ini adalah pemerintah kita negara kita, pilihan kita negara kita yg harus kita rawati dan hormati," terangnya.

Post a Comment

 
Top