googlesyndication.com

0 Comment
Penderita DBD Kota Tegal Terus Meningkat, Ini Faktanya
Walikota Tegal, Kepala Dinkes, Kader PSN dan seorang warga mengecek keberadaan jentik nyamuk dia bak penampungan dalam kegiatan PSN, Senin (15/2/16) di Kelurahan Tunon, Kota Tegal
Kota Tegal
Selama lima tahun terakhir penderita penyakit endemis Demam Berdarah dengue (DBD) di Kota Tegal mengalami peningkatan dengan kecenderungan tinggi setiap tahunya. Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tegal, Abdal Hakim Tohari dalam kegiatan Sosialisasi Penggera kan Pengendalian Demam Berdarah dengue (DBD) melalui Gerakan Pemberan tasan Sarang Nyamuk (PSN) yang dibuka Walikota Tegal, Senin (15/2/16) di Kelurahan Tunon Kota Tegal.
"Selama lima tahun terakhir cenderung mengalami kenaikan. faktor resiko utama endemisitas kasus DBD adalah tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, kondisi geografis, iklim dan perkembangan vektor (aedes aegypti) itu sendiri," terang Abdal Hakim.
Disebutkan Abdal Hakim, Tahun 2011 di Kota Tegal ada 31 kasus DBD dengan angka kematian nol. Sedangkan di tahun 2012, ada 14 kasus DBD dengan 1 angka kematian. Di Tahun 2013 meningkat menjadi 73 kasus DBD dengan angka kematian nol. Lalu di Tahun  2014 terdapat 83 kasus DBD dengan angka kematian 1. Dan di Tahun 2015, sebanyak 63 kasus dengan jumlah angka kematian mencapai 6 orang.
"Masih tingginya lingkungan rumah yang tidak memenuhi syarat sehat sebesar 30,3 serta masih rendahnya Angka Bebas Jentik diangka 83,12 persen, menjadi penyumbang banyaknya penderita yang menye babkan kematian," papar Abdal Hakim lebih lanjut.

Sementara itu kegiatan PSN di pusatkan di Kelurahan Tunon yang merupakan endemis terbanyak serangan DBD di Kota Tegal.

Menurut salah satu warga, Dariyah (40 th) yang juga kader PSN mengatakan di lingkunganya jumlah penderita DBD lumayan tinggi.
"Di RT 03 RW 03 saja ada 5 penderita DBD, belum di RT lainya," ucap nya.
Diungkapkan Dariyah, di RT 03 dan Rw 03 banyak ditemukan bak penampungan air yang menjadi sarang nyamuk. Hal tersebut terlihat dari banyaknya jentik nyamuk yang terdapat hampir merata di bak penampungan air warga.
"Kesadaran masyarakat sangat kurang sekali. Mereka merasa air bersih yang sudah dibeli sayang untuk dibuang bila terdapat jentik nyamuk. Rasa eman-eman dan sayang air karena memang kurang air bersih membuat bak tersebut banyak dijadikan sarang nyamuk yang menyebabkan penyakit," tuturnya.
Kendati demikian, Dariyah menampik kalau kegiatan PSN baru diadakan setelah jatuh korban.
"Sebenarnya kami sering menyadarkan masyarakat. Apalagi di lingkungan kami banyak usaha rongsok, jadi banyak barang rongso kan yang berpotensi menjadi sarang nyamuk," tukasnya.

Post a Comment

 
Top