googlesyndication.com

4 Comment
Debat Publik Yang Kedua Hambar
Debat publik pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota yang digelar KPU Kota Pekalongan di Gor Jatayu , Sabtu (31/10/15) selesai tanpa greget.
Kota Pekalongan
Kendati sudah dua kali diselenggarakan debat publik antar pasangan calon peserta Pemilukada 2015, secara substansial masih banyak program visi misi para Paslon yang disampaikan dalam lima segmen waktu belum ada hal yang progresif untuk dijadikan landasan mengubah paradigma dari bayang-bayang era Walikota lama.

Semua pasangan calon masih bermain aman dengan menyampaikan visi misi yang hampir seragam, dari 16 program kerja yang akan dilaksanakan ketika nanti terpilih, Paslon Nomor urut 1 ada enam misi, Paslon Nomor urut 2 ada 5 misi dan Paslon Nomor urut 3 ada lima misi. Hampir semuanya sudah biasa bahkan kalau boleh dibilang copy paste dari rejim Walikota terdahulu.

Secara teknis kemampuan leadership dan penguasaan materi yang disampaikan dihadapan moderator dan publik masih terlihat pincang. Secara umum kualitas Debat Publik malam itu tidak merespresentasikan kualitas calon pemimpin yang unggul dan dapat diandalkan untuk membuat Kota Pekalongan lebih baik.

Pasangan Nomor urut 1 jelas terlihat betapa seorang Alex yang eks Wakil Walikota lama tampak terlihat berjuang sendiri melawan Paslon lainnya, meski sering melebar dalam menjawab argumentasi tapi perannya sebagai sang dominator mampu menutupi sisi lemah dari pasangannya, Saelani yang terlihat hanya sebagai pemanis panggung.

Hal yang sama hampir terjadi pada Paslon Nomor urut 2, kematangan intelektualitas tidak dibarengi dengan keberanian menciptakan visi misi yang relevan dan berani mengangkat isu kekinian sebagai pendongkrak popularitas yang bisa menjadi daya tawar.

Pun dengan Paslon Nomor urut 3 yang sangat kentara sekali aroma doktrin, seperti membacakan naskah yang harus dihafal dikepala. Entah apa yang terjadi, dari mulai visi misi, ucapan dan kalimat yang keluar, orang bisa langsung menilai itu Basyir banget. Tak harus dipungkiri kalau itu semua memang bagian dari strategi. 

Kesimpulan yang didapat dari Debat Publik malam itu tak lebih saling ungkap visi misi tanpa ada kehebohan dari arti kata debat sebenarnya. Normatif, sungguh sangat disayangkan itu terjadi dipanggung bertajuk debat.

Malah terlihat asyik di panggung jalanan, fanatisme yang ditunjukan simpatisan, relawan dan tim sukses menjadi tontonan alternatif dari hiburan rakyat yang sudah kehilangan sarana pelepas andrenalin setelah sepak bola tak lagi menunjukan gairahnya.

Semoga saja di acara debat publik yang ketiga mampu mempertontonkan kualitas yang sesungguhnya dari masing-masing pasangan calon termasuk adu argumentasi yang bermutu dan kejutan lain yang mungkin saja terjadi, mari kita tunggu.                                                                                              

                                                                                                                                   ( opini )
                                                                                                                       # save kota pekalongan






Post a Comment

 
Top